Menu
Tampilkan postingan dengan label Family. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Family. Tampilkan semua postingan

 

Pencurian rumah kosong

Pencurian rumah kosong akhir-akhir ini kerap terjadi. Padahal sudah diketahui bahwa pencurian merupakan tindakan kriminal yang umum terjadi dan menjadi hal yang perlu Anda waspadai.


Tindakan kriminal pun tak hanya terjadi di malam hari, namun juga dapat terjadi ketika rumah dalam keadaan kosong saat siang bolong. Maka dari itu, kamu perlu mencegah pencurian rumah kosong dengan beberapa tindakan.


Apa saja tindakan yang bisa kamu lakukan untuk melindungi rumah yang kosong saat siang hari? Yuk simak beberapa penjelasan berikut ini!

Cegah Pencurian Rumah Kosong Saat Siang Hari Sekarang

Beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk mencegah terjadinya rumah kosong dari pencurian antara lain

1. Pastikan Pintu dan Jendela Terkunci

Ketika kamu berencana untuk meninggalkan rumah saat siang hari dan tidak ada seorang pun dalam rumah tersebut, maka hal sederhana yang perlu kamu lakukan adalah memastikan pintu dan jendela terkunci seluruhnya.


Hal ini karena pintu dan jendela merupakan media bagi pencuri untuk masuk ke dalam rumah. Oleh karena itu, kamu perlu memastikan bahwa bagian utama yang menjadi jalan untuk masuk ke dalam rumah harus benar-benar terkunci dan tertutup rapat.

2. Cegah Pencurian Menggunakan Alat Pelindung Rumah

Tips cegah pencurian rumah kosong kedua yang bisa kamu lakukan adalah memberikan perlindungan untuk rumah. Hal ini dapat berupa pemberian teralis pada bagian jendela dan teralis khusus bagian pintu.


Perlindungan untuk rumah juga dapat berupa CCTV dan smart lock yang bisa kamu aplikasikan. Dengan memanfaatkan CCTV, maka kamu bisa mengetahui seseorang yang berusaha membobol ke dalam rumah saat kondisi kosong.


Sedangkan untuk smart lock berfungsi sebagai media yang dapat menghubungkan kamu dengan rumah saat bepergian. Smart lock akan memberikan sinyal pada smartphone saat ada seseorang yang berusaha untuk membobol pintu rumah secara paksa.

Pencurian rumah kosong

3. Nyalakan Lampu

Langkah selanjutnya untuk melindungi rumah dari maling rumah kosong yakni menyalakan lampu pada bagian dalam dan teras rumah. Dengan adanya nyala lampu dalam rumah menandakan bahwa rumah dalam kondisi tidak kosong meskipun kamu sedang tidak berada di tempat.


Hal ini tentunya mampu mengelabuhi pencuri saat mengintai rumah kamu. Namun, tentunya perlindungan rumah yang lain juga kamu perlukan untuk menambah keamanan rumah saat ditinggalkan. 

4. Memanfaatkan Tanaman Berduri

Kamu juga bisa memanfaatkan tanaman berduri atau kawat yang dibentuk seperti duri untuk mencegah pencurian rumah kosong. Kedua benda tersebut dapat kamu pasangkan pada bagian pagar sehingga akan mempersulit akses bagi setiap orang untuk memanjat pagar.

5. Menjalin Hubungan Sosial yang Baik

Hal lainnya yang bisa kamu lakukan untuk mencegah pencurian rumah kosong adalah menjalin hubungan sosial yang baik dengan warga sekitar terutama tetangga. Hal ini tentunya dapat membantu kamu saat meninggalkan rumah apalagi dalam waktu yang lama.


Olah karenanya, para tetangga juga bisa membantu untuk mengawasi keamanan di lingkungan sekitar rumah kamu. Oleh karena itu, hal sederhana ini bisa memberikan manfaat yang besar.

6. Mengasuransikan Rumah

Tips selanjutnya untuk mencegah terjadinya pencurian rumah kosong yakni dengan mengasuransikan bangunan yang kamu miliki. Salah satu produk asuransi rumah yang bisa kamu gunakan yakni asuransi dari Simas yang memberikan jaminan lengkap untuk hunian yang Anda miliki.  

Sudahkah Kamu Melakukan Pencegahan Pencurian Rumah Kosong?

Dari beberapa tips di atas, sudahkah kamu melakukan salah satu langkah untuk mencegah pencurian rumah kosong? Salah satu tips jitu yang bisa kamu gunakan adalah menggunakan asuransirumah dari pencurian dengan berlangganan Homi Insurtech dari Simas yang memberikan jaminan keamanan berkualitas tinggi. Yuk berlangganan sekarang!

1

Sumber Gambar : dailymom.com

Hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran berharga dalam hidup. Kisah nyata menjadi anak tunggal, senang atau susah?

Mungkin yang membaca tulisan ini ada yang bergelar sebagi anak tunggal. Bagaimana rasanya? Tentu sangat menikmati hari-harinya karena anak tunggal cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari orang tua karena kasih sayangnya takkan terbagi. Hari ini saya menjenguk seseorang yang sedang opname di rumah sakit. Dia adalah ayah dari seorang teman saya. Teman saya kini bekerja di luar kota dan dia terpaksa harus pulang ke Jogja untuk merawat sang ayah yang sedang sakit di rumah sakit. Kemana ibunya? Tentu karena di usia yang sudah tak muda lagi dan juga sakit-sakitan, sang ibu juga harus banyak beristirahat di rumah dan tidak mungkin bisa menemani suaminya di rumah sakit.

Dilema yang dihadapi teman saya adalah pilihan antara tanggung jawab pekerjaan dan tanggung jawab merawat orang tua. Apalagi saat ini ia bergelar sebagai anak tunggal (perempuan) dimana tak ada saudara kandung yang bisa diajak bekerja sama untuk meringankan beban atau masalahnya. Jika ditanya lebih pilih yang mana antara pekerjaan dan orang tua, tentu ini adalah keputusan yang tak mudah. Di satu sisi, pekerjaaan memang sangat penting untuk melanjutkan hidupnya. Di sisi lain, kesehatan orang tua pun patut diperjuangkan karena siap lagi yang saat ini menemani kita sebagai anak tunggal di dunia ini, jika tanpa mereka. Dan kamu tahu, apa yang dipilih teman saya tadi disaat situasi genting seperti ini? Dia lebih memilih merawat ayahnya yang sakit dan cuti dari pekerjaannya. Pilihan tepat, teman.

Ibarat orang mengatakan bahwa rezeki itu bisa dicari di lain waktu sedangkan kebersamaan dengan keluarga sungguh sangat berharga dan tak selalu bisa diulang di moment masa depan. Memang betul, bagi kebanyakan orang, keluarga adalah rumah berharga bagi mereka yang mampu mengalahkan segala kekayaan duniawi. Tanpa keluarga, mungkin hidup kita akan hampa kecuali bagi mereka yang telah terbiasa (tegar) hidup tanpa orang tua sejak kecil (maaf), mungkin telah berpisah dengan orang tuanya sejak lama atau telah menjadi yatim piatu sejak kecil karena berbagai hal.  Namun bagi kita yang terbiasa merasakan hangatnya kebersamaan dalam keluarga, sekecil apapun itu, sesederhana apapun itu, semiskin apapun itu, tetap saja keluarga adalah pigura terindah yang menghiasi hidup kita.

Saat tadi saya melihat teman saya sedang menunggu ayahnya terbaring lemah di rumah sakit, dia terlihat kesepian. Tak ada orang lain yang bisa menggantikannya berjaga di sana. Andai ada keluarga besar pun, mereka hanya sekali datang menjenguk dan tak bisa menggantikan untuk berjaga di rumah sakit karena mereka lebih berat mementingkan pekerjaan. Teman saya juga sungguh memahami kondisi ini. Ia bilang bahwa memang ini jalan satu-satunya yang harus ditempuhnya untuk bisa memperjuangkan kesehatan sang ayah, mulai dari dadakan pulang ke Jogja dan minta cuti kepada atasannya, mengantarkan sang ayah cek kesehatan, mengantarkan opname ke rumah sakit karena HB yang hanya di angka 4, mencarikan 4 kantong darah dalam sehari dimana memerlukan waktu dan tenaga untuk mengurusnya ke PMI hingga menunggui ayahnya di rumah sakit sambil melengkapi segala keperluan kesehatan yang harus diprioritaskan.

Salut untuk teman saya yang satu ini. Semua perjuangannya takkan sia-sia. Dulu yang terlihat manja dan berpangku tangan, kini ia tampak sebagai pejuang keluarga yang kuat dan tegar. Memang begitulah yang harus kamu lakukan teman. Hidup ini hanya sekali dan inilah yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menjalankan tugas sebagai manusia, makhluk sosial dan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Bagaimanapun juga, menjadi anak tunggal bukanlah pilihan kita. Jika ditanya tentu setiap orang ingin punya saudara kandung agar ada teman yang kelak bisa diajak bermain bersama, belajar bersama atau berkompromi tentang segala hal yang terjadi.

Saya sendiri saat ini bukanlah anak tunggal sehingga memiliki kesempatan untuk berbagi dengan saudara kandung dalam menghadapi segala hal. Untuk seluruh anak tunggal di dunia, tersenyumlah karena hidupmu penuh kehangatan dan kebahagiaan. Menjadi anak tunggal itu baik asal jangan tersesat dengan doktrin ‘manja’. Anak tunggal harusnya tak terbentuk menjadi manja namun sebaliknya, harus terdidik sebagai anak yang kuat dan mandiri karena kelak dialah satu-satunya penentu segala kebijakan terkait keluarganya, orang tuanya. Belajarlah mulai dini agar kelak saat menghadapi cobaan hidup yang lebih besar, kita tak mudah tumbang karenanya.

Riana Dewie

Artikel ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan judul "Masa-masa Sulit Menjadi Anak Tunggal"


13

Sumber Gambar : www.huffingtonpost.com


Hallo para menantu sedunia... Apa kabar? Semoga Anda selalu sehat dan bahagia ya. Entah kenapa saya tiba-tiba ingin menulis ini, sebuah topik yang sangat lekat dengan masalah sosial, yaitu hubungan antara menantu dan mertua yang terkadang kurang harmonis. Entah mengapa banyak teman yang curhat tentang ini karena pada dasarnya ini bukan lagi masalah antar dua keluarga, melainkan masalah dalam satu keluarga yang memiliki dua kubu.

Iya, jika mau membahas mertua rasanya tiada akan habisnya. Hubungan kita dengan pasangan kadang semakin berwarna akibat campur tangan mertua. Apa yang kita harapkan mungkin sama, yaitu dapat menjalin hubungan harmonis, saling menghargai dan saling menyayangi antar menantu dan mertua. Tapi pada kenyataannya, banyak lho masalah yang sering menghiasi rumah tangga kita hanya gara-gara mertua.

Dalam tulisan ini, karena saya sekarang statusnya adalah seorang menantu maka saya akan menuliskan beberapa hal dari sudut pandang menantu. Apa saja sih masalah yang sering terjadi diantara menantu dan mertua? Mengapa ini sering terjadi? Inilah beberapa hal yang menurut saya menjadi alasan mengapa menantu dan mertua sering bermasalah :

1. Menantu sering Dianggap ‘Merebut’ Buah Hatinya
Hayoo tunjuk jari, siapa yang sering berdebat dengan mertua gara-gara masalah klasik ini? Ketika kita sebagai wanita menikah dengan seorang lelaki yang memiliki ibu super protektif, mari berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Ibu mertua merasa telah melahirkan dan merawat anaknya hingga dewasa sehingga tak heran jika sangat menyayangi buah hatinya.  Ini adalah wajar. Oleh karena itu, mari sebagai menantu dapat semakin merekatkan hubungan dengan ibu mertua melalui pendekatan dari hati sehingga tercipta suasana yang sehat dan harmonis. Ambil hati mertua, yakinkah bahwa kita sebagai menantu bukan bermaksud untuk merebut anaknya, namun ingin ikut ambil bagian untuk merawat, menjaga serta hidup bahagia bersama anaknya. Yakinkah bahwa rumah tangga yang dibangun benar-benar dilandasi dengan kasih sayang dan bersifat selamanya, seperti kasih ibu yang tak terbatas kepada anaknya
Contohnya : Berwisata bersama pasangan dan mertua saat weekend, membantu mertua memasak di dapur, memberikan ide desain ruang tamu yang disukai mertua dll.

2. Perhatian Anak Terbagi ke Menantu, Mertua ‘Cemburu’  
Ini juga sering dialami oleh banyak pasangan yang menjalani kehidupan rumah tangga. Seringkali mertua cemburu dengan perhatian anaknya yang diberikan untuk menantunya. Entah karena apa, yang jelas fenomena ini memperlihatkan adanya sebuah ‘kesenjangan’ antara mertua dan menantu. Bagaimana mengantisipasinya? Sebagai anak, Anda harus pandai memberikan pengertian kepada orang tua bahwa kasih sayang kepada orang tua takkan pudar sepanjang waktu. Dan berikan  pemahaman pula bahwa Anda sudah berumah tangga, sudah memiliki tanggungan lebih untuk menjaga pasangan. Dan sebagai menantu, mari ikut menyayangi mertua dengan memberikan perhatian yang bisa membahagiakan hatinya sehingga tak ada lagi persaingan yang tidak sehat diantara keduanya.
Contohnya : menyiapkan kejutan sederhana saat ulang tahun mertua, membawakan oleh-oleh saat pulang dari luar kota, sering menelpon mertua untuk bertanya kabar, sesekali memberikan rejeki hasil keringat untuk membuat mertua bangga, dll.

3. Mertua Tidak Suka dengan Menantu yang ‘Tidak Sopan’
Anda pernah dianggap sebagai menantu yang kurang memiliki sopan santun? Ya, ini adalah wajar jika memang tindakan menantu keterlaluan atau dianggap melebihi batas toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Ada tipe mertua yang ‘saklek’ dalam menanam peraturan di rumahnya sehingga terbiasa untuk hidup teratur, halus dalam tutur bahasa, berpakaian rapi, disiplin dan serba memiliki persiapan dalam hal apapun. Namun ketika Anda sebagai menantu membawa kepribadian yang bertolak belakang dengan ‘adat’ keluarga mertua, tak mengherankan jika ini akan memicu perang dalam keluarga. Bayangkan saja jika Anda sering bicara keras dan berteriak di lingkup keluarga pasangan yang menjunjung tinggi tata krama, tentu Anda bisa ‘disomasi’ oleh mertua. Atau keluarga suami yang biasanya berpakaian tertutup tiba-tiba kedatangan Anda yang hobby mengenakan hotpants dan tanktop, tentu ini akan dianggap sangat merusak etika dalam keluarga. Oleh karenanya, pandai-pandailah menyesuaikan diri saat menjadi bagian dari keluarga pasangan. Tolong seimbangkan ego pribadii dengan memahami mana yang boleh dan tak boleh dilakukan agar kehidupan rumah tangga Anda bisa berjalan dengan harmonis dan bahagia. Jika memang ada petentangan dengan mertua, konsultasikan kepada suami agar dapat diantisipasi berdua.
Contohnya : Menantu laki-laki sebaiknya jangan memelihara rambut gondrong jika memang tak sesuai dengan keinginan mertua karena dianggap kurang rapi. Atau menantu perempuan biasakan untuk berbicara halus dan merapatkan kedua kaki saat berbicara di depan mertua agar terkesan ‘lembah manah’ (menjunjung tinggi sopan santun).

4. Mertua Terlalu ‘Ikut Campur’ Masalah Intern Rumah Tangga
Hal ini sangat sering terjadi di kehidupan kita, dimana kita bermasalah dengan pasangan hanya gara-gara dikompor-kompori mertua. Ada pula mertua yang ikut-ikutan bela anaknya saat anak dan menantunya bertengkar. Dalam hal ini, tentu tindakan mertua seperti ini sangat disayangkan karena justru dapat memperkeruh masalah. Biarkan anak dan menantu menjalani kehidupannya secara natural, entah susah ataupun senang. Biarkan mereka mandiri dengan menghadapi masalah berdua dan mencari solusinya berdua sehingga dapat mengukuhkan kekuatan cinta mereka dari hari ke hari. Oleh karenanya, mertua sebaiknya dapat menata hati dan pikiran untuk menjalani hari-hari tua yang lebih tenang dan membahagiakan. Untuk masalah anak dan menantu, sebagai orang tua tetap bisa support dengan memberikan nasihat terbaik serta mendoakan mereka agar mendapatkan rezeki dan jalan kehidupan yang mudah.
Contoh : Mendukung menantu saat ingin berkarier di luar rumah, memberikan nasihat yang mencerahkan ketika anak dan menantu bertengkar, support dengan mengarahkan cara merawat bayi setelah anak atau menantu melahirkan dll.

Itulah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan masalah yang sering muncul dalam rumah tangga ketika mertua turut campur di dalamnya. Semoga ini dapat semakin meyakinkan hati para menantu bahwa mertua itu jauh dari kesan menakutkan, galak, menyebalkan, bawel dan berbagai persepsi negatif lainnya. Mertua sebenarnya sangat sayang kepada anak dan menantunya, hanya kadang sering berselisih paham ketika sifat mertua yang over protektif.

Untuk para menantu, mari jadikan ini sebagai tolok ukur dan pembelajaran untuk semakin mendekatkan hati dengan mertua. Buatlah mereka nyaman dan bahagia dengan keberadaan kita. Jangan pernah membuat mereka kecewa sekalipun butuh perjuangan keras untuk melakukannya. Dan yang terpenting, anggaplah mertua kita seperti orang tua kita sendiri, dimana kita tak akan membatasi kasih sayang untuk mereka serta selalu berusaha memberikan yang terbaik di sepanjang hayat mereka. Semoga Anda dan mertua memiliki hubungan yang semakin harmonis dari hari ke hari.

Riana Dewie

Artikel ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan judul "Mengapa Mertua Kadang Tak Suka Sama Menantu?"


8

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman