6 Tips Cegah Pencurian Rumah Kosong saat Siang Hari
Pencurian rumah kosong akhir-akhir ini kerap terjadi. Padahal sudah diketahui bahwa pencurian merupakan tindakan kriminal yang umum terjadi dan menjadi hal yang perlu Anda waspadai.
Tindakan kriminal pun tak hanya terjadi di malam hari, namun juga dapat terjadi ketika rumah dalam keadaan kosong saat siang bolong. Maka dari itu, kamu perlu mencegah pencurian rumah kosong dengan beberapa tindakan.
Apa saja tindakan yang bisa kamu lakukan untuk melindungi rumah yang kosong saat siang hari? Yuk simak beberapa penjelasan berikut ini!
Cegah Pencurian Rumah Kosong Saat Siang Hari Sekarang
Beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk mencegah terjadinya rumah kosong dari pencurian antara lain
1. Pastikan Pintu dan Jendela Terkunci
Ketika kamu berencana untuk meninggalkan rumah saat siang hari dan tidak ada seorang pun dalam rumah tersebut, maka hal sederhana yang perlu kamu lakukan adalah memastikan pintu dan jendela terkunci seluruhnya.
Hal ini karena pintu dan jendela merupakan media bagi pencuri untuk masuk ke dalam rumah. Oleh karena itu, kamu perlu memastikan bahwa bagian utama yang menjadi jalan untuk masuk ke dalam rumah harus benar-benar terkunci dan tertutup rapat.
2. Cegah Pencurian Menggunakan Alat Pelindung Rumah
Tips cegah pencurian rumah kosong kedua yang bisa kamu lakukan adalah memberikan perlindungan untuk rumah. Hal ini dapat berupa pemberian teralis pada bagian jendela dan teralis khusus bagian pintu.
Perlindungan untuk rumah juga dapat berupa CCTV dan smart lock yang bisa kamu aplikasikan. Dengan memanfaatkan CCTV, maka kamu bisa mengetahui seseorang yang berusaha membobol ke dalam rumah saat kondisi kosong.
Sedangkan untuk smart lock berfungsi sebagai media yang dapat menghubungkan kamu dengan rumah saat bepergian. Smart lock akan memberikan sinyal pada smartphone saat ada seseorang yang berusaha untuk membobol pintu rumah secara paksa.
3. Nyalakan Lampu
Langkah selanjutnya untuk melindungi rumah dari maling rumah kosong yakni menyalakan lampu pada bagian dalam dan teras rumah. Dengan adanya nyala lampu dalam rumah menandakan bahwa rumah dalam kondisi tidak kosong meskipun kamu sedang tidak berada di tempat.
Hal ini tentunya mampu mengelabuhi pencuri saat mengintai rumah kamu. Namun, tentunya perlindungan rumah yang lain juga kamu perlukan untuk menambah keamanan rumah saat ditinggalkan.
4. Memanfaatkan Tanaman Berduri
Kamu juga bisa memanfaatkan tanaman berduri atau kawat yang dibentuk seperti duri untuk mencegah pencurian rumah kosong. Kedua benda tersebut dapat kamu pasangkan pada bagian pagar sehingga akan mempersulit akses bagi setiap orang untuk memanjat pagar.
5. Menjalin Hubungan Sosial yang Baik
Hal lainnya yang bisa kamu lakukan untuk mencegah pencurian rumah kosong adalah menjalin hubungan sosial yang baik dengan warga sekitar terutama tetangga. Hal ini tentunya dapat membantu kamu saat meninggalkan rumah apalagi dalam waktu yang lama.
Olah karenanya, para tetangga juga bisa membantu untuk mengawasi keamanan di lingkungan sekitar rumah kamu. Oleh karena itu, hal sederhana ini bisa memberikan manfaat yang besar.
6. Mengasuransikan Rumah
Tips selanjutnya untuk mencegah terjadinya pencurian rumah kosong yakni dengan mengasuransikan bangunan yang kamu miliki. Salah satu produk asuransi rumah yang bisa kamu gunakan yakni asuransi dari Simas yang memberikan jaminan lengkap untuk hunian yang Anda miliki.
Sudahkah Kamu Melakukan Pencegahan Pencurian Rumah Kosong?
Dari beberapa tips di atas,
sudahkah kamu melakukan salah satu langkah untuk mencegah pencurian rumah
kosong? Salah satu tips jitu yang bisa kamu gunakan adalah menggunakan asuransirumah dari pencurian dengan berlangganan Homi Insurtech dari Simas yang
memberikan jaminan keamanan berkualitas tinggi. Yuk berlangganan sekarang!
Masa-masa Sulit menjadi Anak Tunggal
Mungkin yang membaca tulisan ini ada yang bergelar sebagi anak tunggal. Bagaimana rasanya? Tentu sangat menikmati hari-harinya karena anak tunggal cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari orang tua karena kasih sayangnya takkan terbagi. Hari ini saya menjenguk seseorang yang sedang opname di rumah sakit. Dia adalah ayah dari seorang teman saya. Teman saya kini bekerja di luar kota dan dia terpaksa harus pulang ke Jogja untuk merawat sang ayah yang sedang sakit di rumah sakit. Kemana ibunya? Tentu karena di usia yang sudah tak muda lagi dan juga sakit-sakitan, sang ibu juga harus banyak beristirahat di rumah dan tidak mungkin bisa menemani suaminya di rumah sakit.
Dilema yang dihadapi teman saya adalah pilihan antara tanggung jawab pekerjaan dan tanggung jawab merawat orang tua. Apalagi saat ini ia bergelar sebagai anak tunggal (perempuan) dimana tak ada saudara kandung yang bisa diajak bekerja sama untuk meringankan beban atau masalahnya. Jika ditanya lebih pilih yang mana antara pekerjaan dan orang tua, tentu ini adalah keputusan yang tak mudah. Di satu sisi, pekerjaaan memang sangat penting untuk melanjutkan hidupnya. Di sisi lain, kesehatan orang tua pun patut diperjuangkan karena siap lagi yang saat ini menemani kita sebagai anak tunggal di dunia ini, jika tanpa mereka. Dan kamu tahu, apa yang dipilih teman saya tadi disaat situasi genting seperti ini? Dia lebih memilih merawat ayahnya yang sakit dan cuti dari pekerjaannya. Pilihan tepat, teman.
Ibarat orang mengatakan bahwa rezeki itu bisa dicari di lain waktu sedangkan kebersamaan dengan keluarga sungguh sangat berharga dan tak selalu bisa diulang di moment masa depan. Memang betul, bagi kebanyakan orang, keluarga adalah rumah berharga bagi mereka yang mampu mengalahkan segala kekayaan duniawi. Tanpa keluarga, mungkin hidup kita akan hampa kecuali bagi mereka yang telah terbiasa (tegar) hidup tanpa orang tua sejak kecil (maaf), mungkin telah berpisah dengan orang tuanya sejak lama atau telah menjadi yatim piatu sejak kecil karena berbagai hal. Namun bagi kita yang terbiasa merasakan hangatnya kebersamaan dalam keluarga, sekecil apapun itu, sesederhana apapun itu, semiskin apapun itu, tetap saja keluarga adalah pigura terindah yang menghiasi hidup kita.
Saat tadi saya melihat teman saya sedang menunggu ayahnya terbaring lemah di rumah sakit, dia terlihat kesepian. Tak ada orang lain yang bisa menggantikannya berjaga di sana. Andai ada keluarga besar pun, mereka hanya sekali datang menjenguk dan tak bisa menggantikan untuk berjaga di rumah sakit karena mereka lebih berat mementingkan pekerjaan. Teman saya juga sungguh memahami kondisi ini. Ia bilang bahwa memang ini jalan satu-satunya yang harus ditempuhnya untuk bisa memperjuangkan kesehatan sang ayah, mulai dari dadakan pulang ke Jogja dan minta cuti kepada atasannya, mengantarkan sang ayah cek kesehatan, mengantarkan opname ke rumah sakit karena HB yang hanya di angka 4, mencarikan 4 kantong darah dalam sehari dimana memerlukan waktu dan tenaga untuk mengurusnya ke PMI hingga menunggui ayahnya di rumah sakit sambil melengkapi segala keperluan kesehatan yang harus diprioritaskan.
Salut untuk teman saya yang satu ini. Semua perjuangannya takkan sia-sia. Dulu yang terlihat manja dan berpangku tangan, kini ia tampak sebagai pejuang keluarga yang kuat dan tegar. Memang begitulah yang harus kamu lakukan teman. Hidup ini hanya sekali dan inilah yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menjalankan tugas sebagai manusia, makhluk sosial dan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Bagaimanapun juga, menjadi anak tunggal bukanlah pilihan kita. Jika ditanya tentu setiap orang ingin punya saudara kandung agar ada teman yang kelak bisa diajak bermain bersama, belajar bersama atau berkompromi tentang segala hal yang terjadi.
Saya sendiri saat ini bukanlah anak tunggal sehingga memiliki kesempatan untuk berbagi dengan saudara kandung dalam menghadapi segala hal. Untuk seluruh anak tunggal di dunia, tersenyumlah karena hidupmu penuh kehangatan dan kebahagiaan. Menjadi anak tunggal itu baik asal jangan tersesat dengan doktrin ‘manja’. Anak tunggal harusnya tak terbentuk menjadi manja namun sebaliknya, harus terdidik sebagai anak yang kuat dan mandiri karena kelak dialah satu-satunya penentu segala kebijakan terkait keluarganya, orang tuanya. Belajarlah mulai dini agar kelak saat menghadapi cobaan hidup yang lebih besar, kita tak mudah tumbang karenanya.
Riana Dewie
Mertua Tak Suka dengan Menantu, Apa Masalahnya?
![]() |
Sumber Gambar : www.huffingtonpost.com |