Menu
Tampilkan postingan dengan label Humanism. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Humanism. Tampilkan semua postingan


Gambar : Demo TKI (sumber)

“…..Kupang (ANTARA News) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Paul Liyanto mengatakan, sekitar 200 tenaga kerja Indonesia (TKI) terancam hukuman mati di Malaysia. Jumlah tersebut belum termasuk para TKI yang terancam hukuman mati di Timur Tengah, yang jumlahnya cukup banyak, kata Paul Liyanto di Kupang, Jumat, mengenai ancaman hukuman mati para TKI yang bekerja di luar negeri. Menurut dia, TKI terancam hukuman mati karena berbagai kasus kriminal, namun kasus-kasus tersebut selalu berawal dari majikan TKI yang memaksa para TKI bertindak kriminal, antara lain kasus pemerkosaan dan pemukulan. ‘Masalah yang terjadi pada TKI sebenarnya sepele saja misalnya mereka akan diperkosa sehingga melakukan perlawanan dan membunuh majikan,’ ujarnya.  Dalam kasus TKI ini negara wajib memberikan pembelaan hukum karena apa yang dilakukan TKI semata untuk membela diri. Para TKI masuk ke suatu negara untuk bekerja membantu orang-orang di negara itu, bukan menyusahkan. Artinya, TKI yang terlibat hukuman mati umumnya karena membela diri….”

Informasi diatas menunjukkan betapa beratnya risiko menjadi TKI di luar negeri. Gaji besar menjadi penyebabnya? Ya benar, mereka memberanikan diri ke luar negeri hanya untuk mencari sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan keluarganya karena berharap mendapat GAJI BESAR.

Benarkah hanya untuk keluarga mereka? 
Tentu saja tidak. Para TKI adalah penyumbang devisa yang sangat besar bagi negara Indonesia. Sadarkah kita, rakyat diiming-imingi menjadi TKI… “Ayo jadi TKI. Gaji besar, hidup sejahtera, keluarga bahagia, potensi diri berkembang dan berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia….” Tujuan semua ini apa? Agar mereka lari ke luar negeri untuk mewujudkan mimpi-mimpi mereka, padahal tanpa disadari, kerja keras mereka ternyata dihargai dengan “Sangat Murah”..!!!

Sampai di Luar Negeri, mereka betul-betul BANYAK UANG & SEJAHTERA?
Tidak selalu. Sangat sedikit bahkan bisa dihitung dengan jari kesuksesan para TKI di luar negeri. Lalu, apa yang mereka dapatkan disana? Kerja enak, tidur nyenyak, duit banyak? Tentu saja tidak. Mereka ternyata tidak mendapatkan kesejahteraan seperti iming-iming di awal. Katanya disana bahagia, eh ternyata hidup mereka bagai dipenjara. Jam kerja bisa sampai 21 jam sehari. Tidur 3 jam. Katanya disana sejahtera, ehh ternyata gaji saja tidak selalu diberikan, bahkan sering telat berbulan-bulan. Makan di-stop jika mereka berbuat kesalahan sedikit saja. Bahkan Jika tidak kuat bekerja karena sakit misalnya, tuan rumah langsung berkicau, mencela, menjambak, memukul, menampar, menendang….!!!!


Ingat..!!! PENDERITAAN MEREKA  belum selesai sampai disini..

Ada yang lebih mengenaskan. Tubuh mereka disakiti, dilukai dengan benda tajam, bahkan para TKW kita sering diperlakukan kurang manusiawi oleh tuan rumah karena mereka kerap dijamah, diperkosa, dipaksa menuruti nafsu biadab lelaki. Jika tak mau menuruti? Ya tentu akan mendapat kekerasan lebih parah, diancam diberhentikan dari kerja, atau bahkan diancam akan dibunuh..!!! Kasus lain, seorang wanita yang mengadu nasib disana diperkosa 7 laki-laki dan setelah terpuaskan, saudara kita ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan dalam kondisi sakit dan tak berdaya. Itu hanya contoh kecil. Masih banyak penderitaan saudara kita yang menjadi TKI di luar sana..

Kasus Erwiana, Salah satu Potret PENDERITAAN TKW……… 
“….Erwiana, TKW asal Sragen sering mendapat siksaan oleh majikan di Hongkong. Luka-luka yang terjadi pada tubuh Erwiana dilakukan oleh Majikan Law Wan Tung dengan menggunakan berbagai macam benda. Majikan sering memukul kepalanya, memasukan gagang Vacum Cleaner kedalam mulut Erwiana hingga terluka, menonjok hidung Erwiana hingga kesulitan bernafas bahkan hidungnya berdarah. Majikan menelanjangi Erwiana di kamar mandi dan menyiramkan air ke tubuhnya dengan air dingin kemudian menyalakan kipas angin selama 1 sampai 2 jam tepat ke tubuhnya saat Erwiana telat bangun tidur. Bahkan Erwiana diancam bahwa keluarganya akan dibunuh jika dia mencoba untuk menceritakan kondisi ini pada orang lain…”

Gambar : Kondisi Erwiana setelah disiksa majikan (sumber)
Inilah salah satu risiko menjadi TKI. Siapa yang bilang kalau jadi TKI itu enak dan menyenangkan?

Apakah keluarga mereka di Indonesia TAHU KONDISI INI?
Sengaja tak diberi tahu (kecuali jika kasusnya sudah parah dan beredar di media). Alasan mereka bungkam sangat simpel, karena para TKI tak ingin mengecewakan keluarganya di Indonesia. Mereka diandalkan sebagai penentu nasib keluarga. Jika keluarga tiba-tiba tahu penderitaan mereka di negeri orang? Sudah tentu dipaksa balik ke Indonesia. Mana ada suami yang tega melihat istrinya jadi TKW yang ternyata hanya dipaksa untuk menjadi pemuas nafsu tuan rumahnya? Mana ada orang tua yang rela melihat anaknya jadi TKI namun setiap harinya diperlakukan seperti binatang dan jarang dikasih makan? Di sisi lain, para TKI kebanyakan sudah bertekad mengubah nasib sehingga mereka berani menanggung risiko apapun, sekalipun membahayakan nyawa mereka sendiri.

Apa tindakan para TKI  menanggapi ANCAMAN & PERLAKUAN KASAR  Majikan?
Mereka meratapi nasib. Menangis, bersedih, kecewa, sakit dst hampir mereka rasakan tiap hari. Kebanggaan dan cita-cita awal mereka untuk menambah rekening tabungan ternyata sia-sia. Tak seperti yang mereka bayangkan. Sangat sulit bertahan dalam kecurangan tuan rumah yang memperlakukan mereka seperti binatang, tak sesuai dengan kontrak kerja. Bagi mereka yang pemberani, mereka akan mengadukan hal ini ke pihak berwenang, misalnya kepolisian terdekat ataupun mencari bantuan ke lembaga perlindungan buruh migran yang ada di negara tersebut. Namun bahayanya bagi TKI yang hanya berpikir pendek dan menyimpan dendam, ketika rutin menerima perlakuan tak baik, mereka pun terpaksa membalasnya dengan tindakan yang kurang terpuji seperti membunuh majikan, menganiaya anak majikan, atau perbuatan kriminal lainnya. Sekali lagi, ini dilakukan karena TERPAKSA. Terpaksa karena mereka ingin menyelamatkan diri, ingin tetap membela diri dan bertahan disana. Terpaksa karena sudah tak tahan lagi disakiti oleh majikan.

Akibat dari TINDAKAN KRIMINAL TKI?
Tentu mereka harus menerima hukuman yang setimpal. Bukan hanya hukuman penjara, diantara mereka bahkan telah menjalani hukuman mati sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara majikan. Seperti Karni bin Medi Tarsim, TKW asal Brebes, Jawa Tengah. Ia dituduh menggorok anak majikannya berumur 4 tahun hingga meninggal. Upaya damai dengan keluarga korban tak membuahkan hasil. Endingnya, Karni dieksekusi mati di Kota Yanbu, Kamis, 16 April 2015. Dua hari sebelumnya, Siti Zainab binti Duhri Rupa juga dijatuhi hukuman serupa di Madinah atas kasus yang hampir sama. Menurut Kementerian Luar Negeri, tidak ada pemberitahuan soal eksekusi mati itu kepada Indonesia. Ya, ini hanya segelintir contoh yang masih terdengar hangat di telinga kita.


Ratusan TKI lainnya kini Menunggu Jatah EKSEKUSI MATI..!!!

Bayangkan… si A, B, C dst sudah masuk antrian hukuman eksekusi mati di negara tempat mereka bekerja. Bukan hanya di satu negara, namun TKI kita tersebar di banyak negara. Miris mendengarnya. Terbayang bagaimana perasaan keluarga mereka yang ada di Indonesia? Berita kebanggaan akhirnya menjadi kondisi yang sangat menyayat hati karena pemerintah terkesan ‘cuci tangan’ dengan nasib saudara mereka yang akan dihukum mati. Dalam kondisi genting ini, pemerintah bagaikan induk ayam yang sengaja membiarkan anak-anaknya mencari makan sendirian di jalanan tanpa pendampingan bahkan sama sekali tak peduli ketika anak-anaknya tersebut diserang binatang lain, terinjak manusia atau mati tertabrak motor.     

Boleh tanya kan, dimana peran pemerintah MEMPERJUANGKAN NYAWA TKI?
Sekali lagi, TKI adalah pahlawan devisa. Negara makin kaya dan untung jika banyak TKI yang bekerja di luar negeri. Tapi apakah para TKI juga untung dengan mengadu nasib disana? Kebanyakan yang ada hanya ‘buntung’. Sangat ironis memang ketika TKI mengalami masalah hukum di negeri orang, tempat mengejar kesejahteraan dan status sosial yang lebih baik namun semuanya berakhir tragis. Mana perlindungan dari Indonesia? ZONK..!!! Penguasa negeri seolah tak perduli. Derita ditanggung sendiri oleh TKI. Pemerintah Indonesia mungkin pernah melayangkan surat kepada pemerintah disana untuk meringankan beban hukuman TKI. Tapi kenapa hanya setengah-setengah? Kenapa pemerintah tidak total menangani kasus TKI? Sadarkah pemerintah bahwa mereka juga WNI yang patut dilindungi hak hidupnya?

Ya, mereka memang salah & harus dihukum. Tapi Nego bisa MERINGANKAN HUKUMAN.
Mereka terbukti melanggar hukum karena terlibat kriminal. Jadi, mereka harus menjalani proses hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.  Tapi please pemerintah, tolonglah mereka. Jangan pernah lengah atau bersantai ria dalam menangani kasus ini. Sudah cukup, TKI Karni yang dieksekusi diam-diam tanpa pemberitahuan ke Indonesia. Setelah nyawa melayang, kenapa Indonesia baru berontak? Kenapa kemarin masih berleha-leha mengharap keajaiban? Mana pantauan/pengawasan khusus bagi TKI yang akan dipidana mati? Kenapa baru sekarang harus mengecam pemerintah Arab Saudi atas eksekusi itu? Kenapa harus mencari kambing hitam? Kenapa menunggu notifikasi dulu baru mau bergerak? Kenapa pemerintah Indonesia sebelumnya tidak ‘jemput bola’ duluan? Ketemu dengan pemimpin negaranya, langsung mengunjungi & menyemangati calon terpidana mati, bergerak cepat melakukan nego keringanan hukuman dan selalu siaga dalam memperjuangkan nyawa TKI. Hei Pemerintah, sekarang baru sadar ya kalau penyesalan selalu datang di akhir?
Selain kasus eksekusi mati, buruh migran Indonesia terutama TKW akhir-akhir ini sering diberitakan miring oleh banyak media sehingga sedikit mencoreng nama baik TKI yang sebelumnya terkenal sopan dan sadar etika. 

Bagaimana GOSIP MIRING Tentang TKW di Hongkong?
Jika di negara Timur tengah, TKW kita sering mendapat perlakukan kasar dan kurang menyenangkan, di Hongkong kabarnya para TKW justru mendapatkan perlakuan yang lebih manusiawi karena disana sangat menjunjung tinggi HAM (Hak Asasi Manusia). Hongkong yang dicap sebagai ‘negara bebas’ ini ternyata juga menjadikan para TKW ikut ‘bebas’ pula sehingga tak heran telah menyeret mereka dalam kehidupan sosial yang kurang baik, misalnya menjadi pekerja malam, banyak pasangan lesbian, banyak TKW hamil di luar nikah, menjadi pencuri ataupun berbagai masalah lainnya. Di bawah ini ada sedikit cerita nyata seorang TKW (sebut saja X) yang bekerja di Hongkong :

“…..X menjadi TKW Hongkong dan dapat menikmatinya. Namun masalah datang saat majikan memutus kontrak kerja sebelum waktunya. Duit habis, hutang sana sini dan tak mendapat majikan baru memaksa X untuk menjadi warga illegal yang sangat membahayakan dirinya. X Harus pandai  menghindari petugas imigrasi. Akhirnya ia menceburkan diri ke dunia malam untuk bertahan hidup. Tapi ia kurang beruntung karena saat ada razia, ia diciduk dan menghuni penjara Hongkong. Dipaksa pulang ke Indonesia namun ia menolak. Keluar dari penjara, ia bekerja mencuri waktu sebagai tukang cuci piring di restoran. Dijalaninya dengan hati-hati karena jika ketahuan petugas imigrasi, dia akan dipulangkan ke Indonesia. Akhirnya X dinikah siri oleh pria disana dan memiliki seorang anak. Hutang tetap banyak dan akhirnya X harus tetap bekerja ‘diam-diam’ untuk menutup hutang bank. Sementara, di Indonesia dia sudah memiliki 2 orang anak yang tetap mengharapkan kiriman uang dari ibunya. Padahal kehidupan di Hongkong serba mahal, untuk hidupnya sendiri saja susah….”

Itulah potret salah satu kehidupan TKW yang dicap sebagai ‘wanita murahan’ oleh banyak media. Jika ditelusuri lebih lanjut, mengapa ini terjadi? Sangat bisa ditebak bibit masalahnya adalah pemutusan kontrak kerja sang majikan sebelum waktunya. Lalu, mengapa majikan bisa bertindak demikian? Apakah hal ini diperbolehkan sesuai dengan peraturan pemanfaatan buruh migran di negara tersebut? Mengapa tak ada yang melindungi hak X untuk tetap bekerja layak disana? Mengapa pemerintah Indonesia hanya diam melihat potret kelam ini? Apakah Indonesia tidak malu ketika TKI dicap buruk di dunia internasional?
***
Ya, EKSEKUSI MATI dan cap TKI MURAHAN adalah dua fenomena memprihatinkan yang sedang menyelimuti kehidupan negara kita akan nasib para TKI di luar negeri. Jangan anggap remeh masalah ini. Ini masalah kemanusian, masalah hak WNI, masalah sosial, masalah etika, masalah kehormatan bangsa yang harus segera diatasi oleh pemerintah. Jangan sampai pemerintah menutup mata akan hal ini sementara negara kita masih rajin ekspor buruh migran ke luar negeri. Mau ditaruk dimana wajah Indonesia?

Sekarang balik lagi, kita tanya kepada para TKI yang sudah memperjuangkan hidup mereka di negeri orang.
- Apakah mereka dulu bercita-cita jadi TKI? TIDAK..!!!
- Apakah mereka merasa yakin saat diberangkatkan ke negara lain menjadi TKI? BELUM TENTU..!!!
- Apakah mereka merasa nyaman kerja menjadi TKI? TIDAK..!!!
- Apakah mereka mendapat hak sesuai kontrak kerja? BELUM TENTU..!!!
- Apakah hak mereka sungguh dilindungi oleh pemerintah disana dan di Indonesia?  BELUM TENTU..!!!
- Apakah mereka sungguh dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia? BELUM..!!!
- Apakah mereka bahagia lahir dan batin saat bekerja sebagai TKI? TIDAK..!!!

Jadi, mengapa mereka berani jadi TKI? Jawabannya KARENA TERPAKSA
Tentu saja terpaksa. Sekarang pikir, jika saja pemerintah menjamin lapangan kerja yang layak di tanah air, rakyat tentu akan hidup lebih damai dan sejahtera tanpa harus mengadu nasib jadi TKI ke luar negeri. Jika pemerintah dapat memberantas kemiskinan secara bertahap, sudah tentu masyarakat kita akan terjamin kehidupannya sehingga tak perlu jadi TKI. Jika para suami bisa mendapatkan upah/penghasilan yang mencukupi, para istri tentu tidak akan nekat bekerja ke luar negeri. Pemerintah harus dengar, ekspor tenaga kerja bukan jaminan untuk membuat rakyat sejahtera. Tapi justru menderita..!!! Martabat mereka sebagai manusia diinjak-injak, kehormatan mereka sebagai wanita sudah dikoyak oleh orang-orang tak bertanggungjawab. Jadi sekarang pemerintah mau bilang apa lagi....Menjadi TKI bisa melancarkan pembangunan bangsa? Menjadi TKI membuat kaya dan sejahtera? Menjadi TKI  dapat Membanggakan keluarga?

BURUH MIGRAN (TKI) BERPRESTASI
Diantara banyak persepsi miring tentang Buruh migran Indonesia, beberapa diantara mereka ternyata pernah mendapatkan penghargaan karena partisipasi dan kesuksesan mereka di berbagai bidang. Siapa saja mereka? Berikut adalah para buruh migran dan mantan buruh migran yang berhasil membangun masyarakat :
1. Usep Hermawan
Mantan TKI asal Bekasi yang pernah 2 tahun kerja di Jepang ini kini memiliki perusahaan di bidang pengerjaan painting spare part otomotif dan jasa traiding penyediaan barang keperluan industri. Usaha yang dilakukannya, pernah mengalami masa jatuh bangun, namun berkat kerja keras dan ketekunannya, ia berhasil memiliki 3 pabrik dan memiliki 70 karyawan.
2. Maizidah Salas
Wanita ini aktif di bidang pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk para mantan TKI (TKI purna). Ia juga pendiri koperasi buruh migran serta penggagas kelompok usaha ternak ayam Sekar Arum dan ternak kambing Mugi Rahayu bagi para mantan TKI. Ia pun tak lelah memberikan sosialisasi tentang proses menjadi buruh migran agar aman dan sesuai harapan.
3. Munawaroh
Munawaroh adalah TKI yang pantang menyerah untuk mengembangkan diri dan membantu sesamanya. Sekalipun sibuk dengan pekerjaan utama, ia selalu memanfaatkan waktu liburnya untuk membimbing rekan-rekannya belajar mengaji, menjahit, komputer, maupun kerajianan tangan, seperti membuat bunga dari sabun, manik-manik tas rajut, dan sarung bantalan sofa. Mantan Ketua Majelis Taklim Cabang Tai Po BMI Hong Kong ini selalu aktif dalam bidang sosial sehingga tak heran jika ia mendapatkan penghargaan.
Selain tiga nama diatas, masih banyak TKI berprestasi yang membuat nama Indonesia menjadi melambung. Tahun lalu, 89 TKI sukses meraih gelar sarjana di Hongkong. Tak ketinggalan dua nama, yaitu Ecos yang sering memenangkan lomba tari dan Eva yang aktif memperjuangkan hak-hak BMI. Masih banyak deretan nama buruh migran yang membanggakan atas prestasi mereka. Dari hobi yang dijalankan dengan hati, ternyata mereka bisa mendapatkan rejeki halal yang membanggakan. 

Tolonglah Pak Presiden, Mari Buka Mata, Buka Hati & Bertindak

Untuk Bapak Presiden yang baru, kami hanyalah rakyat kecil yang ingin mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera. Cita-cita kami sangat tinggi, yaitu bisa membahagiakan orang tua, anak, suami, istri dan semua orang yang kami sayangi. Ketika kami hidup di Indonesia, standar kelayakan hidup sangat kurang. Beban hidup terlampau berat hingga kami harus berani mengadu nasib jadi TKI. Pengiriman buruh migran yang masih deras dilakukan pemerintah Indonesia membuat kami bersemangat untuk mengubah nasib dan kami merasa lebih terlindungi ketika banyak saudara dari Indonesia yang juga berencana berjuang disana. Tapi, please, Tolong bantu kami saat menghadapi banyak masalah terkait ‘kemanusiaan’ yang sering diabaikan oleh majikan atau pemerintah di negeri orang.
Tolong perbarui sistem perlindungan para TKI di luar negeri. Jangan seperti pemerintahan sebelumnya, yang bisanya cuma mencibir dan mencaci nasib TKI, namun untuk tindakan perlindungan terhadap TKI NOL BESAR. Mereka ditelantarkan. Tolong hal yang satu ini diprioritaskan, karena negara kita telah kehilangan banyak saudara yang harus dieksekusi mati disana, tertimpa banyak penderitaan karena saat mereka pulang membawa banyak luka fisik dan kepedihan, tercoreng kehormatannya karena saat pulang  banyak yang hamil akibat diperkosa, pulang tanpa hasil karena diberhentikan sebelum masa kerja selesai dst. Belum lagi para TKI yang masih tegar bertahan menghadapi banyak masalah disana, upah di bawah standar, jam kerja kelewatan, perlakuan majikan kasar, tidak diberi hari libur, sering menerima kekerasan/pelecehan fisik dsb.
Untuk pemerintah yang baru, tolong sejahterakan masyarakat Indonesia. Sediakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya, pendidikan gratis bagi si miskin, tempat tinggal layak bagi tuna wisma dan lanjut usia, lengkapi fasilitas sosial yang dibutuhkan rakyat kecil sehingga kesenjangan sosial semakin berkurang.
Jika pemerintah mampu menyediakan ini semua, pengiriman buruh migran ke luar negeri bisa segera dikurangi bahkan dihentikan sama sekali. Kesenjangan sosial yang besar antara si kaya dan si miskin sering menjadi alasan harus jadi TKI dan ini menjadi peluang bisnis para agen penyalur buruh migran ke luar negeri. Namun faktanya mereka tak selalu ikut bertanggung jawab dan memperjuangkan nasib TKI di negeri orang. Oleh karenanya, pemerintah harus siap siaga dalam membekali para calon TKI sebelum diterjunkan ke negara lain. Berikan informasi dan program simulasi lengkap agar calon TKI tahu betul situasi di negara yang akan didatangi. Jika perlu, ajarkan teknik ilmu bela diri ringan, minimal untuk keselamatan diri ketika terancam. Berikan pula pendampingan kerohanian agar mereka dapat menjaga diri dan mempertahankan etika dalam bergaul sehingga tetap bisa mencirikan budaya bangsa Indonesia yang memiliki keramahan dan sopan santun yang tinggi.


Gambar : Demo TKI (sumber)

Mimpi bangsa, semoga pengiriman buruh migran ke luar negeri bisa dihentikan 100% suatu saat nanti. Dan kini, bagi para TKI yang masih mengadu nasib di negeri orang, semoga bisa segera mendapat perlindungan yang lebih kuat dari pemerintah Indonesia. Semoga ini dapat mewakili jeritan seluruh anak bangsa yang telah berjuang menjadi TKI di luar negeri.

Tulisan Ini Diikutsertakan Lomba Blog Buruh Migrant Indonesia Bersama Melanie Subono 

Salam, Riana Dewie

Tulisan ini sebelumnya telah ditayangkan di sini. 

Sumber Referensi : 1 2 3

0

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman