Menu

Rengkuh Banyu Mahandaru, Menebar Berkah dari Pelepah

Rengkuh Banyu
Rengkuh Banyu Mahandaru (Sumber foto : radioidola.com)

Saya masih ingat pertama kali baca kisah tentang Rengkuh Banyu Mahandaru. Di tengah gempuran limbah dan isu lingkungan yang makin serius, muncul sosok anak muda yang malah melihat peluang dari sesuatu yang dianggap gak berguna—pelepah pisang. Dari situlah saya merasa kagum. Karena buat sebagian orang, pelepah pisang itu cuma sampah. Tapi di tangan Rengkuh, benda sederhana itu bisa jadi sumber penghidupan bagi banyak orang.


Rengkuh memulai langkahnya dari sebuah kegelisahan. Ia sadar bahwa di banyak desa, pelepah pisang cuma dibiarkan membusuk. Padahal jumlahnya banyak banget. Lalu muncul ide: gimana kalau pelepah itu diolah jadi bahan ramah lingkungan yang bisa menggantikan plastik sekali pakai? Dari situ lahir inisiatif yang luar biasa—mengubah limbah organik jadi barang bernilai ekonomi tinggi.


Inovasi yang Lahir dari Kepedulian

Saya suka banget dengan cara Rengkuh berpikir. Ia gak hanya fokus pada bisnis atau keuntungan, tapi juga bagaimana usahanya bisa membawa manfaat sosial dan lingkungan. Bersama timnya di Kulon Progo, Yogyakarta, ia mendirikan Plepah—sebuah usaha sosial yang memproduksi kemasan ramah lingkungan berbahan dasar pelepah pisang.


Prosesnya ternyata gak sederhana. Mulai dari meneliti tekstur pelepah, mencari cara pengeringan alami, sampai memastikan hasilnya kuat dan layak digunakan untuk wadah makanan. Semua itu dilakukan dengan penuh ketekunan. Hasilnya? Produk kemasan dari pelepah pisang yang tahan air, bisa terurai alami, dan tampilannya estetik banget.


Yang bikin saya makin salut, Plepah gak cuma fokus di laboratorium atau workshop aja. Mereka juga menggandeng warga sekitar, khususnya para ibu rumah tangga, untuk ikut dalam proses produksinya. Jadi, selain ramah lingkungan, usaha ini juga membuka lapangan kerja baru dan membantu ekonomi keluarga di desa.


Pemenang Astra SATU Indonesia Awards 2022


Rengkuh bukan cuma dikenal karena inovasinya, tapi juga karena semangatnya untuk berbagi. Ia berhasil meraih penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2022 dari Astra, kategori Lingkungan. Buat saya, penghargaan itu bukan cuma soal prestise. Tapi pengakuan bahwa ide sederhana pun bisa membawa perubahan besar kalau dilakukan dengan niat baik dan konsisten.


Dalam banyak wawancara, Rengkuh selalu bilang kalau mimpinya sederhana: ingin menciptakan dunia yang lebih bersih dan lebih adil. Menurutnya, masalah sampah dan ketimpangan ekonomi bisa diatasi kalau kita mau berpikir kreatif dan kerja bareng. Prinsip ini yang bikin saya merasa kisahnya relevan banget untuk generasi muda sekarang.


Menebar Inspirasi Lewat Aksi Nyata


Ekonomi Sirkular yang Membumi


Bagi saya, konsep yang dibawa Rengkuh ini bukan cuma soal produk ramah lingkungan, tapi soal pola pikir baru. Ia mendorong kita untuk memandang limbah bukan sebagai akhir, tapi sebagai awal dari sesuatu yang bermanfaat. Ini adalah wujud nyata dari *circular economy*—siklus ekonomi yang berkelanjutan dan gak merusak alam.


Dari kisahnya, saya belajar bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Rengkuh gak menunggu dana besar, dukungan pemerintah, atau fasilitas canggih. Ia mulai dari apa yang ada di sekitarnya, dengan semangat dan kemauan untuk belajar.

Produk Plepah (sumber foto: cdn.antaranews.com)


Memberdayakan Desa, Menghidupkan Harapan


Yang bikin saya terharu adalah bagaimana Rengkuh mengubah nasib banyak orang di desanya. Ia ngajak petani dan warga desa untuk ikut produksi kemasan dari pelepah pisang. Jadi, pelepah yang dulu dibuang begitu aja, kini malah jadi sumber penghasilan. Anak muda pun mulai melihat bahwa bekerja di desa bukan berarti ketinggalan zaman. Justru mereka bisa jadi bagian dari solusi.


Plepah juga sering berkolaborasi dengan brand lokal maupun restoran besar yang mulai sadar pentingnya pengurangan plastik. Artinya, produk lokal yang lahir dari tangan anak bangsa bisa punya daya saing dan keberlanjutan.


Belajar dari Sosok Rengkuh


Bagi saya pribadi, Rengkuh adalah contoh nyata bahwa inovasi bisa datang dari empati. Ia gak sekadar menciptakan produk, tapi menciptakan perubahan sosial. Di tengah tantangan zaman, kita butuh lebih banyak orang seperti dia—yang berani berpikir berbeda dan bertindak nyata.


Dari kisah Rengkuh, saya belajar satu hal penting: kadang yang kita anggap kecil bisa jadi berarti besar kalau dijalani dengan hati. Siapa sangka, pelepah pisang yang dulu dianggap remeh, kini jadi simbol harapan baru bagi banyak orang. Dan lewat tangan seorang anak muda bernama Rengkuh Banyu Mahandaru, kita diingatkan bahwa kebaikan bisa datang dari mana aja—bahkan dari sesuatu yang sederhana.


Penutup

Kisah Rengkuh membuat saya percaya bahwa masa depan bisa lebih hijau kalau kita mau berbuat, bukan cuma bicara. Gak perlu hal besar, cukup mulai dari lingkungan terdekat. Karena seperti yang ditunjukkan Rengkuh, perubahan besar itu dimulai dari niat baik dan langkah kecil yang konsisten. Pelepah pisang mungkin terlihat sepele, tapi di tangan orang yang punya visi, ia bisa jadi sumber kehidupan. Dan Rengkuh sudah membuktikannya.


#APA2025-KSB


Referensi utama:
  • Kisah Rengkuh Banyu, Ciptakan Kemasan Makanan dari Limbah Pelepah Pinang (KOMPAS.com)
  • Profil dan liputan Rengkuh sebagai pemenang SATU Indonesia Awards 2023 (Tempo.co)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hi, terimakasih atas kunjungannya. Silakan bertanya atau berdiskusi dengan menulis di kolom komentar.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman