Menu



Hallo...
Perkenalkan nama saya Riana Dewie, blogger dadakan yang sebenarnya mau nulis kalau ada mood baik. hehehe... Tulisan asal-asalan, Blog saja berantakan. Oleh karenanya, saya mematenkan nama blog ini "Kamar Riana". KENAPA? Karena di blog ini segalanya bisa tertuang sebebas-bebasnya, mau jelek kek, mau asal-asalan kek, yang penting nulis aja. :D Dan yang jelas, saya menghabiskan waktu untuk menulis & memoles blog ini juga dari sudut kamar saya lho :D

Siap menerima masukan, kritik ataupun saran dari teman-teman semua tentang segala hal yang saya tulis di blog ini. Biar saya sadar kalau saya punya salah. Hehe.. Saya berasal dari Jogja dan suka buat reportase jika memang ada waktu. Tujuan saya menulis sih simpel, yaitu pingin nambah pengalaman, nambah ilmu, nambah teman dan tentunya nambah rezeki.

 Bagi yang pingin ngobrol bareng atau sharing pengalaman, bisa email saya ke cill.riana@gmail.com 

Terimakasih atas kunjungannya.
Salam, Riana Dewie

4


Selfie di Tengah Kemeriahan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2016 (Dok.Pri)

Beberapa waktu lalu ada seorang kawan saya yang berdarah Tionghoa mengingatkan saya untuk datang ke acara tahunan di kota Jogja, “Besok jangan lupa mbak datang di acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta, mulai tanggal 18 Februari hingga 22 Februari 2016…”. “Siap mbak. Kemarin saya datang kesana tanggal 14 Februari, eh belum ada apa-apa. Masih sepi..”, jawab saya sambil ketawa.

Memang benar, saya sudah mendengar informasi diadakannya Pekan Budaya Tionghoa ini sejak beberapa waktu lalu. Karena lupa tanggal dimulainya dan tidak mencari informasi terupdate, akhirnya salah waktu saat berkunjung kesana. Hehe.. Acara yang sudah diadakan sebanyak 11 kali ini merupakan even tahunan yang berkali-kali dipusatkan di kampung Ketandan (sebelah utara Pasar Beringharjo) Yogyakarta. Pekan Budaya ini telah dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X pada hari Kamis, 18 Februari 2016 dengan mengangkat tema 'Meningkatkan Budaya Kebersamaan'.

Mengobati rasa kangen untuk melihat acara tahunan sebagai puncak dari acara Imlek di kota Jogja tahun ini, akhirnya sore tadi saya dan suami meluncur ke Malioboro untuk melihat kemeriahannya. Kondisi jalan sih macet total karena masyarakat Jogja banyak yang berantusias untuk menyaksikan pekan budaya ini, apalagi di hari ketiga atau di tanggal 21 Februari 2016 karena akan diadakan atraksi Barongsai di sepanjang jalan Malioboro hingga alun-alun utara.

Acara ini didukung pula dengan penutupan Jalur kendaraan mulai jam 18.00 hingga 22.00 untuk menghindari kemacetan. Saat sampai disana, parkir di setiap titik sudah penuh sehingga kami pun harus berputar-putar mencari celah tempat parkir yang masih kosong.

Akhirnya kami melangkah menuju kampung Ketandan, pusat dari perayaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta. Dari kejauhan terlihat hiruk pikuk masyarakat Jogja yang tak ingin melewatkan acara budaya Tionghoa yang megah ini. Saat berada di pinggiran jalan Malioboro, para pengunjung sudah tak sabar lagi untuk menyaksikan atraksi Barongsai, terlihat dari seringnya mereka menoleh ke arah datangnya Barongsai, berpindah tempat duduk, mondar mandir dsb.

Untuk mengisi waktu, saya pun mencoba selfie sana sini untuk mendapatkan foto terbaik (versi saya sih.. hehehe) mumpung bisa bebas beraksi di tengah jalan Malioboro. Setelah 30 menit menunggu, akhirnya terdengar suara arak-arakan Barongsai dari kejauhan. Yuhuuu… naga besar itu meliuk-liukkan tubuh dengan indahnya dan tentunya memamerkan beragam gerakan yang sangat atraktif.

Atraksi ini semacam karnaval Barongsai menurut saya karena memang diperagakan oleh puluhan komunitas atau grup Barongsai dari berbagai daerah. Tak hanya Barongsai, atraksi drumband dari para TNI Angkatan Darat juga berhasil memukau pengunjung yang memadati sepanjang jalan Malioboro itu. Setiap prajurit benar-benar sigap saat menabuh drum, memainkan instrumental maupun meniup saksofon sehingga menghadirkan sebuah harmoni musik yang khas dan indah.

Tak hanya itu, arak-arakan kereta kuda atau andong juga melewati kami dimana beberapa andong tersebut ditumpangi oleh para pria dan wanita muda berdarah Tionghoa sambil melambaikan tangan dengan mengenakan slempang Koko dan Cici Yogyakarta. Tentu saja, mereka yang berparas rupawan, berkulit putih dan menebar senyuman membuat pengunjung terkesima. Setelah mereka berlalu, dilanjutkanlah dengan Barongsai lainnya yang ditampilkan dengan beragam kostum, warna dan atraksi yang tak kalah menariknya.

Satu jam berdiri menyaksikan atraksi ini membuat badan saya mulai berkeringat dingin sehingga saya pun mengajak suami untuk masuk di kampung Ketandan yang dipenuhi sekitar 150 stand kuliner dimana masing-masing menyuguhkan citarasa yang istimewa. Aneka makanan dan minuman tersedia disana dan setiap stand kuliner hampir semuanya dipadati oleh pengunjung sehingga kami pun agak kesulitan mencari tempat makan yang masih agak sepi. Kurang kenyang dengan takoyaki dan jagung manis, akhirnya kami menyantap soto sapi panas yang sangat memanjakan lidah.

Bukan hanya stand kuliner saja yang memadati sepanjang jalan Ketandan, berbagai pernak-pernik imlek juga diminati pengunjung. Ada pula berbagai lomba untuk menyemarakkan even tahun ini, yaitu lomba puisi berbahasa mandarin, lomba dongeng, lomba fotografi serta lomba karaoke bahasa mandarin yang dibagi dalam beberapa kategori. Tak ketinggalan atraksi sulap yang membuat acara budaya tahun ini makin meriah.

Setelah bersantap ria dan merasa kenyang, akhirnya kami melakukan perjalanan pulang namun terlihat di sepanjang jalan Malioboro masih saja dipadati banyak pengunjung sekalipun atraksi Barongsai telah usai. Ini menunjukkan bahwa even semacam ini sungguh dirindukan oleh masyarakat kota Jogja dan patut diapresiasi karena perayaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta saat ini bukan hanya merupakan perayaan keagamaan saja namun sudah menjadi simbol pelestarian budaya yang senantiasa dipegang kuat oleh Bapak Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku pengayom masyarakat kota Jogja.

Atraksi Barongsai di Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2016 (Dok.Pri) 
Salut atas kerja keras rekan-rekan panitia dan seluruh pendukungnya yang telah sukses menyelenggarakan acara besar ini di Jogja. Tentunya, pekan budaya tahun ini terealisasi berkat kerja sama Jogja Chinese Art and Culture Center (JCACC) dengan Pemprov DIY dan Pemkot Yogyakarta.

Harapan kami semoga perayaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta di tahun depan bisa dilaksanakan dengan lebih meriah lagi, menampilkan berbagai atraksi menarik, dapat menyatukan masyarakat Jogja serta sukses meluhurkan simbol budaya Tionghoa sebagai salah satu daya tarik wisata kota Jogja. Oh ya, walaupun agak terlambat, tak lupa kami ucapkan “GONG XI FA CAI” 2567 untuk seluruh saudara yang merayakannya. Semoga Imlek tahun ini membawa rejeki yang berlimpah, kesehatan, keberuntungan & kebahagiaan bagi kita semua.

Salam, Riana Dewie

Sumber Referensi :
  • Melihat langsung acara Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2016
  • travel.detik.com
  • kompas.com

Artikel ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan judul "Meriahnya Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2016"


8

Sumber Gambar : dailymom.com

Hari ini saya mendapatkan sebuah pelajaran berharga dalam hidup. Kisah nyata menjadi anak tunggal, senang atau susah?

Mungkin yang membaca tulisan ini ada yang bergelar sebagi anak tunggal. Bagaimana rasanya? Tentu sangat menikmati hari-harinya karena anak tunggal cenderung mendapatkan perhatian yang lebih besar dari orang tua karena kasih sayangnya takkan terbagi. Hari ini saya menjenguk seseorang yang sedang opname di rumah sakit. Dia adalah ayah dari seorang teman saya. Teman saya kini bekerja di luar kota dan dia terpaksa harus pulang ke Jogja untuk merawat sang ayah yang sedang sakit di rumah sakit. Kemana ibunya? Tentu karena di usia yang sudah tak muda lagi dan juga sakit-sakitan, sang ibu juga harus banyak beristirahat di rumah dan tidak mungkin bisa menemani suaminya di rumah sakit.

Dilema yang dihadapi teman saya adalah pilihan antara tanggung jawab pekerjaan dan tanggung jawab merawat orang tua. Apalagi saat ini ia bergelar sebagai anak tunggal (perempuan) dimana tak ada saudara kandung yang bisa diajak bekerja sama untuk meringankan beban atau masalahnya. Jika ditanya lebih pilih yang mana antara pekerjaan dan orang tua, tentu ini adalah keputusan yang tak mudah. Di satu sisi, pekerjaaan memang sangat penting untuk melanjutkan hidupnya. Di sisi lain, kesehatan orang tua pun patut diperjuangkan karena siap lagi yang saat ini menemani kita sebagai anak tunggal di dunia ini, jika tanpa mereka. Dan kamu tahu, apa yang dipilih teman saya tadi disaat situasi genting seperti ini? Dia lebih memilih merawat ayahnya yang sakit dan cuti dari pekerjaannya. Pilihan tepat, teman.

Ibarat orang mengatakan bahwa rezeki itu bisa dicari di lain waktu sedangkan kebersamaan dengan keluarga sungguh sangat berharga dan tak selalu bisa diulang di moment masa depan. Memang betul, bagi kebanyakan orang, keluarga adalah rumah berharga bagi mereka yang mampu mengalahkan segala kekayaan duniawi. Tanpa keluarga, mungkin hidup kita akan hampa kecuali bagi mereka yang telah terbiasa (tegar) hidup tanpa orang tua sejak kecil (maaf), mungkin telah berpisah dengan orang tuanya sejak lama atau telah menjadi yatim piatu sejak kecil karena berbagai hal.  Namun bagi kita yang terbiasa merasakan hangatnya kebersamaan dalam keluarga, sekecil apapun itu, sesederhana apapun itu, semiskin apapun itu, tetap saja keluarga adalah pigura terindah yang menghiasi hidup kita.

Saat tadi saya melihat teman saya sedang menunggu ayahnya terbaring lemah di rumah sakit, dia terlihat kesepian. Tak ada orang lain yang bisa menggantikannya berjaga di sana. Andai ada keluarga besar pun, mereka hanya sekali datang menjenguk dan tak bisa menggantikan untuk berjaga di rumah sakit karena mereka lebih berat mementingkan pekerjaan. Teman saya juga sungguh memahami kondisi ini. Ia bilang bahwa memang ini jalan satu-satunya yang harus ditempuhnya untuk bisa memperjuangkan kesehatan sang ayah, mulai dari dadakan pulang ke Jogja dan minta cuti kepada atasannya, mengantarkan sang ayah cek kesehatan, mengantarkan opname ke rumah sakit karena HB yang hanya di angka 4, mencarikan 4 kantong darah dalam sehari dimana memerlukan waktu dan tenaga untuk mengurusnya ke PMI hingga menunggui ayahnya di rumah sakit sambil melengkapi segala keperluan kesehatan yang harus diprioritaskan.

Salut untuk teman saya yang satu ini. Semua perjuangannya takkan sia-sia. Dulu yang terlihat manja dan berpangku tangan, kini ia tampak sebagai pejuang keluarga yang kuat dan tegar. Memang begitulah yang harus kamu lakukan teman. Hidup ini hanya sekali dan inilah yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin untuk menjalankan tugas sebagai manusia, makhluk sosial dan sebagai anak yang berbakti kepada orang tua. Bagaimanapun juga, menjadi anak tunggal bukanlah pilihan kita. Jika ditanya tentu setiap orang ingin punya saudara kandung agar ada teman yang kelak bisa diajak bermain bersama, belajar bersama atau berkompromi tentang segala hal yang terjadi.

Saya sendiri saat ini bukanlah anak tunggal sehingga memiliki kesempatan untuk berbagi dengan saudara kandung dalam menghadapi segala hal. Untuk seluruh anak tunggal di dunia, tersenyumlah karena hidupmu penuh kehangatan dan kebahagiaan. Menjadi anak tunggal itu baik asal jangan tersesat dengan doktrin ‘manja’. Anak tunggal harusnya tak terbentuk menjadi manja namun sebaliknya, harus terdidik sebagai anak yang kuat dan mandiri karena kelak dialah satu-satunya penentu segala kebijakan terkait keluarganya, orang tuanya. Belajarlah mulai dini agar kelak saat menghadapi cobaan hidup yang lebih besar, kita tak mudah tumbang karenanya.

Riana Dewie

Artikel ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan judul "Masa-masa Sulit Menjadi Anak Tunggal"


13

sumber gambar : www.onsecrethunt.com


Pernahkah Anda merasa stress dan tertekan saat masih sekolah karena orang tua memberikan les beberapa mata pelajaran sekaligus agar Anda dapat menguasai semuanya? Ataukah saat akan masuk kuliah, apakah orang tua Anda yang memilihkan jurusan yang kelak akan Anda jalani selama beberapa tahun ke depan? Ataukah kini saat Anda sudah memiliki anak yang sudah mengecap bangku pendidikan, Anda juga memperlakukan hal yang sama? Pernah lihat juga orang tua yang sibuk mendandani anak balitanya dalam berbagai lomba foto model hanya demi meraih sebuah piala kemenangan?

Kita semua meyakini bahwa semua orang tua di dunia ini pasti menginginkan hal yang terbaik untuk masa depan anaknya. Apa yang orang tua lakukan diatas sungguh hal yang positif dan tidak salah. Namun di balik semua itu, sebagai orang tua haruslah mengetahui kapasitas atau kemampuan si anak sejauh mana ia dapat mewujudkan keinginan dan harapan Anda. Seorang anak juga memiliki kebebasan dan hak untuk menikmati masa-masa bahagianya sesuai dengan perkembangan usianya. Lalu, apa saja yang harus diperhatikan oleh para orang tua dalam mendidik anaknya?

1. Anak Tak Harus Serba Bisa di Semua Pelajaran
Seorang anak yang masih sibuk mengenyam pendidikan sekolah seringkali dituntut orang tuanya untuk serba bisa di semua mata pelajaran. Bahkan, tak tanggung-tanggung orang tua mengeluarkan biaya untuk memberi les ‘ini itu’ agar anaknya lebih pintar. Apalagi ketika diketahui anaknya lemah di suatu pelajaran tertentu, gojlokan terhadap anak akan terus dilakukan dengan harapan si anak dapat segera memahami & menguasai pelajaran yang dianggap sulit tersebut. Tidak ada salahnya para orang tua melakukan hal ini namun harus sesuaikan dengan kapasitas si anak dalam menerima ilmu. Jangan sampai ia justru menjadi stress dan sakit karena menanggung beban dari orang tua dan guru yang membimbingnya. Masih ingatkah Anda dengan kasus seorang anak usia 6 tahun yang stress dan masuk Rumah Sakit Jiwa karena terlalu banyak les? Oleh karenanya, sebagai orang tua diharapkan untuk tetap menyeimbangkan waktu belajar anak dengan tetap menjaga kesehatan, hak dan hiburan sehingga anak Anda takkan merasa tertekan. Sebagai pemahaman, seorang guru saja takkan mampu menguasai semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Guru matematika pasti pandai di bidang hitung-berhitung, guru fisika pasti pandai di bisang fisika dst. Lalu, mengapa masih banyak orang tua yang memaksakan anaknya yang masih belia dan minim pengalaman untuk pandai di semua mata pelajaran?

2. Jangan Jadikan anak sebagai Pewujud Hasrat Anda
Saat memiliki anak yang masih kecil, seringkali orang tua memiliki hasrat untuk masa depan anaknya, misalnya harus jadi pilot, dokter, foto model dsb. Tak ada salahnya jika Anda sesekali mengikutkan anak dalam lomba foto model namun jangan sampai Anda mengurangi kebahagiaan masa kecilnya lantaran Anda sibukkan dengan berbagai ‘hasrat’ yang ingin Anda wujudkan tersebut. Apalagi harus mengorbankan waktu sekolahnya hanya untuk mengikuti berbagai lomba ‘non formal’ dengan frekuensi yang tinggi. Contoh lainnya, saat anak akan masuk di perguruan tinggi, seringkali orang tua memaksakan dia untuk masuk di jurusan yang dipilih dengan asumsi bahwa pilihan orang tua pasti bagus untuk masa depannya. Di sisi lain, si anak tak memiliki ‘keberanian’ untuk menolak orang tua karena merasa telah dibiayai mahal untuk pendidikannya. Akhirnya, si anak mengalah dan menjalani masa kuliahnya walaupun kurang sesuai dengan hati nuraninya. Efeknya akan terlihat saat ia lulus dan bekerja. Apakah jurusan saat kuliah tersebut terpakai saat bekerja? Ataukah ia justru unggul bekerja di bidang lainnya sesuai passion dia walaupun berlawanan dengan jurusan yang ia ambil saat kuliah?
Masalah akan berbeda ketika orang tua sudah menyadari bakat anaknya dan ingin mengasahnya agar bermanfaat. Setiap orang pada dasarnya memiliki kemampuan bawaan yang terkadang sudah terlihat sejak ia masih kecil. Jika anak Anda sejak kecil suka menyanyi, tak ada salahnya Anda mengarahkannya untuk ikut les vokal. Atau saat Anda mengerti bahwa anak Anda suka menggambar desain baju dengan kualitas yang baik, mungkin Anda bisa mengarahkannya untuk menjadi seorang desainer di masa depan. Dalam hal ini, orang tua dianggap sukses ’memposisikan dirinya’ berperan untuk masa depan anaknya.

1429240916473563590
sumber gambar : www.kesekolah.com

3. Jangan Mendidik Anak terlalu Ekstrim
Anak mana yang tak merasa nyaman ketika orang tua mendidiknya dengan kelembutan dan senyuman? Tentu anak akan dapat menerima ilmunya dengan maksimal karena sejalan dengan hatinya. Dibandingkan jika Anda selalu mengutamakaan didikan yang keras, arogan bahkan ekstrim sejak anak masih kecil, misalnya Anda memukulnya saat anak melakukan salah atau berkata kasar didepannya saat anak melanggar aturan Anda. Dalam hal ini, si anak justru menerima ilmunya dengan penuh kegelisahan karena ia merasa kurang bebas untuk berekspresi. Mungkin si anak akan patuh dan dapat mewujudkan segala hal yang Anda perintahkan. Namun disisi lain, hal yang harus Anda pahami bahwa mendidik anak dengan kekerasan akan memunculkan sebuah paradigma, bahwa anak Anda nurut karena ‘takut’ pada Anda, bukan karena ‘segan dan patuh’ sebagai anak yang menyayangi orang tuanya.

4. Jadilah ‘teladan’ bagi si anak
Saat orang tua memberikan sebuah petuah atau pendidikan kepada anak tentang hal tertentu, ada baiknya orang tua bisa memberi contoh agar si anak terbiasa untuk melakukan hal yang Anda sampaikan tersebut. Ketika Anda menyuruh anak untuk rajin beribadah, sedari kecil ajaklah dia beribadah bersama Anda agar ia mengerti tata cara dan doa yang harus diucapkan ketika berkomunikasi dengan Tuhan. Atau ketika Anda menyuruh anak untuk pandai bersosialisasi, berilah contoh dengan cara yang positif, misalnya mengenalkannya kepada seluruh teman-teman Anda, rajinlah menyapa setiap orang yang lewat di depan rumah atau ajaklah anak untuk ikut berbagai kegiatan ringan di kampung agar ia semakin mengenal banyak orang.

Itulah beberapa hal yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan cara mendidik anak agar sesuai dengan kapasitasnya sehingga menghasilkan kehidupan keluarga yang lebih harmonis, bahagia dan mengantarkan anak Anda untuk mencapai masa depan yang gemilang. Setiap anak dilahirkan memiliki talenta masing-masing, bantulah mereka untuk menikmati setiap detik pertumbuhan agar mereka dapat mendayagunakan bakatnya tersebut untuk mencapai cita-cita mereka. Ketika Anda dikaruniai Tuhan seorang anak yang multi talenta, bersyukurlah dan jagalah talentanya agar selalu berkembang dari waktu ke waktu. Semoga Anda selalu menjadi orang tua bijak dan paham memposisikan diri dalam mengarahkan masa depan anak.


@Riana Dewie


0

Crayon Sinchan (plus.google.com)


Anda masih ingat lirik ini? “Seluruh kota Merupakan tempat bermain yang asyik....Oh senangnya, Aku senang sekali.......”

Ya, betul sekali. Inilah lirik lagu dari Crayon Sinchan, serial anak yang menampilkan tokoh bocah menggemaskan umur lima tahun. Bocah ini tak pernah lelah untuk membuat marah banyak orang disekitarnya lantaran suka bikin onar dan tak pernah merasa bersalah. Hehe
Sinchan, manga dan anime karya Yoshito Usui ini dulu pertama kali muncul di tahun 1990 di Jepang. Ceritanya yang menarik dari waktu ke waktu telah sukses menyedot perhatian masyarakat, apalagi ketika ditayangkan di berbagai stasiun televisi di beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia. Setiap hari minggu, masyarakat Indonesia bisa menikmati anime lucu ini sambil menikmati weekend di rumah.

Hebatnya, serial yang ditujukan untuk anak-anak ini ternyata juga sangat digemari oleh orang dewasa karena ceritanya yang kocak dan selalu menghibur. Hal inilah yang memicu kontroversi terhadap tayangan anak ini. Banyak orang tua memiliki stigma negatif terhadap serial crayon Sinchan lantaran alur ceritanya yang terkadang dianggap kurang mendidik, seperti Sinchan yang mendadak genit ketika menggoda wanita dewasa, Sinchan yang tidak nurut jika dinasehati orang tua, ayah Sinchan yang suka tergoda dengan kecantikan wanita lain, ibu Sinchan yang suka marah-marah dan berkata kasar kepada Sinchan, tokoh Sinchan yang berkarakter bandel dan nakal dll. Bahkan adegan dewasa pun sering dipertontonkan di serial ini sehingga banyak orang tua yang protes agar serial anak ini tak lagi tayang di Indonesia.

Ini memang potret nyata dari serial yang sebenarnya kurang baik bila dipertontonkan di depan anak-anak. Memang sepintas, serial ini selalu menghadirkan karakter Sinchan yang lucu, ceria, unik dan penuh dengan kebahagiaan. Namun, tahukah Anda ada cerita tragis di balik serial Crayon Sinchan ini?

Dari rumor yang beredar, cerita Sinchan yang dikenal ceria ini ternyata ditulis sendiri oleh ibunya, Misae Nohara. Ia merasakan kepedihan yang mendalam lantaran Sinchan yang berniat menolong adiknya, Himawari, saat alami kecelakaan tertabrak mobil, ternyata tak dapat menyelamatkan diri. Keduanya akhirnya meninggal dunia secara tragis dalam kecelakaan tersebut. Akibat kejadian ini, sang ibu mengalami depresi berat hingga akhirnya menulis sebuah kisah bahwa kedua anaknya masih hidup hingga sekarang di crayon milik Shinchan dalam sebuah diarynya.

Sinchan Menari (wallpapers.brothersoft.com)


Itulah beberapa kisah anime kocak Crayon Sinchan di dunia nyata. Sekalipun banyak kontroversi, saya yakin serial ini tetap dirindukan oleh banyak penggemarnya. Tokoh Shinnosuke Nohara atau Shin-chan yang selalu bikin onar; Misae Nohara, ibu Sinchan yang sering dibuat jengkel karena kenakalan Sinchan; Hiroshi Nohara, ayah Sinchan yang sangat tunduk kepada istri; Shiro, anjing kesayangan Sinchan berwarna putih dan sangat cerdas serta berbagai tokoh lain yang ikut menyemarakkan serial anak ini. Masa kecil saya dulu juga sempat diwarnai dengan berbagai tayangan anak asal Jepang, salah satunya Crayon Sinchan yang selalu menghibur dan menemani hari libur saya di rumah.

“...Oh senangnya... Aku senang  sekali......“

@RianaDewie (dan berbagai sumber)
11


Sumber Gambar : www.kawankumagz.com

Sebenarnya saya kebingungan harus menulis dari mana untuk mengungkapkan beberapa hal yang menurut saya semakin darurat terjadi di zaman modern ini. Saya bingung, bukan karena saya sulit mencari kata-kata yang layak dibaca, namun sulit karena saya sendiri telah menjadi korban akan adanya hal ini. Bahkan, banyak orang di dunia ini telah ‘ketagihan’ dengan ini dan rasanya sangat sulit untuk lepas karena perkembangannya takkan bisa dikendalikan oleh apapun, kecuali kontrol diri sendiri.

Ya, yang saya bicarakan adalah duet perkembangan teknologi yang telah mengubah dunia makin modern hingga detik ini, yaitu internet dan gadget. Inilah yang menimbulkan sebuah fenomena tragis dimana seluruh manusia di bumi ini mengubah kesehariannya menjadi ‘menunduk’. Saat berjalan mencari makan, banyak orang menunduk sambil buka-buka ponselnya. Saat sampai di kantor, bukan langsung bekerja tapi malah menunduk membuka gadgetnya. Saat sampai di rumah, bukannya langsung prepare bersih-bersih diri namun malah menghabiskan waktu untuk ngegame dari tabnya. Saat masuk antrian bayar pajak, bukan melihat berapa sisa antrian yang harus kita sabari, namun justru asyik menunduk karena chat dengan temannya. Dan lagi-lagi, mereka menunduk dengan bumbu cekikikan dan senyum-senyum sendiri tanpa menghiraukan keberadaan orang lain disekitarnya. Hal ini ternyata membuat kita merasa bahagia, punya teman banyak dan merdeka. Tapi tahukah Anda, bahwa semua ini adalah semu?

Makin banyaknya manusia yang masuk dunia ‘maya’ ternyata justru membuat hidup mereka makin ‘nyata’ dan berwarna. Ini sungguh membuat miris karena perkembangan teknologi yang meledak dalam kehidupan manusia ternyata menarik mereka dalam kehidupan yang anti-sosial. Sekalipun kita aktif dalam sosial media, namun belum tentu kita aktif dalam kehidupan sosial di dunia nyata. Pernah berpikirkah kita bahwa banyak hal yang sesungguhnya harus kita pahami bahwa ketagihan online ternyata semakin menjauhkan kita dari kehidupan positif bersama orang lain di sekitar kita. Dan ini harus segera dihentikan karena jika tidak, para penerus bangsa akan terlahir menjadi ‘generasi menunduk’ yang kesehariannya hanya dihiasi dengan aktivitas online yang tak selalu berdampak positif.

Di bawah ini adalah beberapa alasan mengapa kita harus mengontrol diri dalam bersosial media dan lebih memprioritaskan kehidupan sosial secara nyata. Ternyata ada banyak hal negatif dari perkembangan gadget dan internet yang harus kita sadari, seperti berikut ini :

1. Mengumbar KETIDAKJUJURAN
Ya, saya mengatakan ketidakjujuran karena inilah yang memang sering dilakukan oleh para aktivis sosial media dimanapun berada, baik di FB, Twitter, Instagram, Path dsb. Mungkin masing-masing diantara kita harus berani jujur dari hati, apakah semua yang kita tulis di sosial media selalu benar? Apakah status-status kita selalu jujur dan sesuai dengan kenyataan yang kita alami? Apakah kita selalu menulis status polos tanpa ada bumbu-bumbu yang mengindahkan?
Anda pasti bisa menjawabnya. Kebanyakan nitizen akhir-akhir ini menjadi puitis ketika suasana hatinya tak menentu. Banyak juga yang menjadi pujangga dadakan dengan gaya bahasa yang menyilaukan hati sehingga menarik perhatian banyak orang untuk ikut andil berkomentar didalamnya. No problem, karena sosial media pastinya ada pemiliknya yang mencantumkan nama (walaupun samaran) sehingga apapun yang dikicaukan pastinya menjadi tanggung jawab pribadi. Namun hal yang sangat disesalkan adalah mengapa harus mengumbar hal yang tak jujur, yang tak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Mungkin suatu hari Anda membuat status : “Asyik... Lebaran dibeliin banyak baju baru oleh pacar. Makasih mas sayang...“ (padahal Anda tak punya pacar dan tak dibelikan baju oleh siapapun. Ini hanyalah ego pribadi agar terlihat eksis dan dikagumi teman-teman di sosial media). Atau ada juga yang membuat status seperti ini : “Bahagianya memiliki banyak orang yang perhatian ma aku. Thank untuk care-nya selama ini....” (dalam beberapa kasus, status seperti ini ternyata hanya untuk menutupi kesepiannya di dunia nyata. Sebenarnya hidupnya terpuruk dan jauh dari perhatian orang).
Inilah yang saya katakan bahwa ‘generasi menunduk’ makin mengkhawatirkan karena mereka telah belajar bahkan sangat cerdas untuk menampilkan kebohongan, terutama dari kelompok ababil. Jangan sampai ini terjadi berlarut-larut karena dapat merusakan akhlak generasi muda karena tak memiliki kejujuran.

2. PENDIDIKAN INSTAN bagi Anak yang Meresahkan
Internet dan perkembangan gadget ternyata menjadi alternatif bagi para orang tua di zaman ini untuk memberikan pendidikan bagi anak mereka. Jadi jangan heran jika di usia balita, para anak sudah pandai memainkan gadget, bahkan lebih pandai dari para orang tua yang melahirkannya. Menurut saya, ini sungguh sangat meresahkan karena sekalipun ini adalah cara mendidik yang praktis dan instan, tapi ini akan menjadikan mereka menjadi generasi yang hanya terkungkung di dalam rumah tanpa belajar ilmu kehidupan di luar rumah.
Bisa Anda lihat sendiri, anak jaman sekarang setelah pulang sekolah, langsung main game atau browsing-browsing tentang segala hal yang menjadi hobi mereka. Seakan-akan anak masa kini tak bisa hidup dan terhibur tanpa pegang Ipad atau tab. Ini sah-sah saja jika tujuan utamanya untuk mengenalkan anak pada teknologi. Tapi ini bisa menjadi masalah baru ketika anak membuka hal-hal yang ‘tak pantas’ atau terlalu vulgar untuk anak seusia mereka, misalnya gambar atau bacaan beraroma ‘seks’ yang membuat psikologi mereka berkembang lebih dewasa dari yang seharusnya. Bukankah orang tua tak ingin merasakan dampak negatif ini bukan?
Oleh karenanya, batasi penggunaan gadget untuk Anak Anda. Dan yang terpenting, perkembangan anak semakin baik jika dia bisa bermain bebas di luar rumah, main becek-becekan, jatuh dari sepeda, dan bisa tertawa hahahihi dengan teman-teman sepantarannya karena berpetualang. Selain mengenalkan mereka dengan kehidupan sosial yang nyata, ini akan mengajarkan mereka lebih mudah berbagi kepada orang lain saat dewasa kelak.

3. Melahirkan Generasi ANTI SOSIAL
Belum banyak yang menyadari bahwa internet secara perlahan akan menarik kita dari kehidupan sosial. Coba bayangkan kondisi kehidupan di bawah ini :
Suatu ketika Anda (wanita) berjalan di sebuah taman dengan membawa smartphone dan asyik cekikian melihat balasan chat Anda bersama teman sosmed Anda. Disana Anda duduk di kursi taman dan tak lama kemudian datanglah seorang pria yang duduk di sebelah Anda sambil membaca komik favorit. Pria itu ingin menyapa Anda dan berkenalan lebih jauh saat menoleh ke arah Anda. Tapi karena melihat Anda terlalu asyik dengan gadget, si pria ini mengurungkan niatnya dan beranjak pergi.
Sekarang bayangkan bagaimana jika Anda tak terlalu sibuk dengan smartphone di tangan Anda dan bisa menanggapi kenalan si pria ini? Bisa jadi, Anda bisa berkenalan dengan si pria bahkan bisa menjalin hubungan cinta yang lebih membahagiakan. Hari-hari Anda makin berwara dengan kasih sayang dan cinta darinya. Anda menikah dan memiliki anak darinya. Anda bahagia bersamanya hingga di masa tua. Dan suatu hari, di usia senja dengan banyak cucu, Anda menyadari bahwa apa yang Anda lakukan ini adalah kompensasi Tuhan atas keputusan tepat Anda di dalam hidup. Untungnya Anda dulu tidak meninggikan ego saat berada di taman. Untung Anda tidak ‘menunduk’ keasyikan mainan internet. Dan untungnya, Anda sangat bijak dalam memanfaatkan internet dan gadget untuk mempersiapkan masa depan Anda.

sumber gambar : www.kompasiana.com
Itulah contoh kecil dalam kehidupan betapa kita sering menarik diri dari kehidupan sosial hanya karena tak bijak dalam memanfaatkan internet. Masih banyak hal lain yang harus kita sadari bersama agar kita memiliki banyak teman dan saudara yang benar-benar perhatian dan sayang kepada kita di kehidupan yang nyata. Jangan pernah abaikan orang yang berdiri di sebelah Anda saat di halte bus, bisa jadi dia adalah orang yang akan memberikan informasi lowonga kerja sehingga Anda bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan mengubah hidup lebih baik.

Apakah Sosial Media Selalu Menguntungkan?
Dulu saat kampung ingin mengadakan kegiatan, warga pasti diminta berkumpul bersama untuk melakukan rapat terkait dengan kegiatan tersebut. Tentu ini menambah kebersamaan dan keeratan antar anggota masyarakat karena sering bertemu sapa. Sekarang, hanya dari SMS atau chat sosmed, keputusan tiba-tiba sudah diberitahukan dan kita tinggal eksekusi.
Dulu setiap ingin belanja, kita harus keluar rumah dimana selama perjalanan ke supermarket, kita akan saling bertegur sapa dengan tetangga dan kenalan sehingga hidup kian berwarna dan mempererat hubungan dengan sesama. Sekarang, solusi praktis sudah menghinggapi masyarakat dengan belanja praktis hanya dari onlineshop. Tinggal pesan, transfer uang dan barang dikirim ke rumah.


***
Kini kita yang dapat menyimpulkan sendiri bahwa intenet dan gadget memang membawa manfaat bagi masyarakat karena dipastikan seluruh aktivitas akan lebih mudah, praktis, cepat dan efektif. Namun, di sisi lain, kita pun harus dapat memanfaatkan internet secara bijak agar tak menimbulkan permasalahan dan penyesalan di masa depan. Kenyataannya, saat ini para ‘generasi menunduk’ semakin banyak kita lihat di pusat keramaian, jalanan, tempat wisata, mall dll. Sudah tulikah kita dengan suara berisik orang-orang sekitar yang asyik bercengkrama? Sudah butakah kita dengan mereka yang berjalan beriringan bersama kita di keramaian? Sudah bisukah kita untuk menyapa mereka yang kita kenal hanya karena keasyikan mainan internet di tempat umum?

Di masa ini, kita telah menjadi korban dari perkembangan teknologi. Jadi, jangan biarkan anak-anak kita merasakan hal yang makin parah di masa depan. Jadikan mereka tetap memprioritaskan kehidupan sosial dan lebih bahagia saat bertemu dengan banyak orang. Jangan biarkan ruang keluarga sepi hanya karena setiap anggota keluarga asyik dengan gadget masing-masing. Kekonyolan karena internet takkan terjadi jika kita sama-sama dewasa dalam menanggapi perkembangan teknologi yang luar biasa di masa ini. Oleh karena itu, jangan bodohi diri sendiri karena dikuasi teknologi. Kita adalah manusia cerdas yang harus lebih pandai menguasai teknologi sehingga dapat memperlakukan teknologi ini dengan lebih bijak, terutama internet.

@Riana Dewie



0


14309698431641751072
Perkalian dengan metode garis (Dok.Pri)


Matematika itu sulit? Wajar jika banyak orang mengatakan demikian, mengingat bahwa di masa lalu, mungkin kita memiliki kenangan buruk alias dapat nilai jelek saat mengikuti mata pelajaran ini di sekolah. Hehehe... Jangan khawatir, dari waktu ke waktu ternyata makin banyak orang cerdas yang terlahir di muka bumi ini yang menciptakan berbagai metode perhitungan dengan lebih mudah dan simpel.  Salah satu metode perhitungan perkalian ala Jepang yang sudah booming sejak beberapa tahun lalu adalah perkalian dengan 'metode garis'.

Ini adalah metode perhitungan manual. Alatnya cuma 2, yaitu pena dan kertas. Perhitungan dengan metode ini mampu mengembangkan otak secara seimbang karena lebih mengedepankan ‘pemahaman’ daripada ‘menghafal’. Bagi Anda yang masih kesulitan mengajarkan matematika untuk anak-anak di rumah, metode ini patut dicoba. Silahkan dimulai dari angka kecil terlebih dahulu.

Cara menghitung perkalian dengan metode garis :


1. Buat Garis mulai dari kiri dan bawah (bisa dengan arah lain, sesuai dengan kebiasaan asalkan menyilang arahnya).


1430968673770118784
Cara Membuat Garis. dimulai dari Kiri dan Bawah (Dok.Pri)

2. Hitung titik-titik yang ada didalamnya dengan cara menyilang dan dapatkan jawabannya.
14309687571142508005
Cara Menghitung Titik

Kelemahan metode ini :

1. Metode ini efektif untuk menghitung bilangan yang kecil, misal 1, 2, 3. Contohnya : 21 x 32. Tapi jika Anda menggunakan bilangan besar misalnya : 87 x 96, Anda tetap bisa menghitung namun akan menghabiskan banyak waktu untuk membuat garisnya.

14309699371367914782
Angka kecil memudahkan pehitungan dengan metode garis (Dok.Pri)


2. Metode ini juga lebih mudah untuk menghitung perkalian angka dengan jumlah digit sedikit, maksimal 3 digit, misalnya : 123 x 231. Dengan 3 digitpun, jika angkanya besar, misalnya 456 x 756 juga sudah sulit dihitung. Apalagi untuk perhitungan mulai 4 digit, misalnya 2431 x 4433, sudah tentu akan semakin sulit dihitung karena hasil akhirnya akan semakin membingungkan. Jadi khusus masalah ini, saya belum menemukan cara menghitung hasil akhirnya.

Berikut contoh untuk perkalian 123 x 456

1430969235961731835
Masih bingung cara baca hasil akhirnya
Jika dihitung dengan kalkulator, 123 x 456 = 56.088. Namun jawaban angka-angka dari perhitungan diatas adalah 4, 17, 33, 14 dan saya masih kebingungan cara menginterpretasikan jawabannya.

3. Metode ini juga tidak berlaku untuk perkalian yang memiliki angka nol (0), misalnya : 203  x 401. Bagaimana cara mendiskripsikan angka nol dalam bentuk garis? Saya masih belum menemukan solusinya.

***

Untuk semakin memudahkan pemahaman Anda, saksikan video tutorial perkalian dengan metode garis di bawah ini :



Nah inilah gambaran perhitungan perkalian dengan metode garis. Masih banyak yang saya pertanyakan perihal metode ini. Apakah perkalian ini sungguh bisa diangkat sebagai metode praktis yang semakin mempermudah siswa belajar matematika di sekolah? Jika memang validitasnya bisa dipertanggungjawabkan dan berbagai kelemahan yang saya utarakan diatas (mungkin masih banyak kelemahan lain yang belum ditemukan) bisa terjawab, otomatis metode ini harus disosialiasikan kepada seluruh masyarakat untuk menjawab keluhan banyak orang, bahwa matematika itu sebenarnya mudah. Ya, dengan metode ini, kita bisa belajar sambil bermain. Tidak perlu menghafal, cukup mengerti cara membuat garis dan menentukan angka-angka jawabannya. Siap-siap singkirkan kalkulator nih.. hehehe. Selamat mencoba.

@Riana Dewie

.


Sumber referensi :
http://azmi648.blogspot.com/2014/10/perkalian-dengan-metode-garis.html
https://www.youtube.com/watch?v=eGoUN6ARZok




7

Sumber Gambar : www.huffingtonpost.com


Hallo para menantu sedunia... Apa kabar? Semoga Anda selalu sehat dan bahagia ya. Entah kenapa saya tiba-tiba ingin menulis ini, sebuah topik yang sangat lekat dengan masalah sosial, yaitu hubungan antara menantu dan mertua yang terkadang kurang harmonis. Entah mengapa banyak teman yang curhat tentang ini karena pada dasarnya ini bukan lagi masalah antar dua keluarga, melainkan masalah dalam satu keluarga yang memiliki dua kubu.

Iya, jika mau membahas mertua rasanya tiada akan habisnya. Hubungan kita dengan pasangan kadang semakin berwarna akibat campur tangan mertua. Apa yang kita harapkan mungkin sama, yaitu dapat menjalin hubungan harmonis, saling menghargai dan saling menyayangi antar menantu dan mertua. Tapi pada kenyataannya, banyak lho masalah yang sering menghiasi rumah tangga kita hanya gara-gara mertua.

Dalam tulisan ini, karena saya sekarang statusnya adalah seorang menantu maka saya akan menuliskan beberapa hal dari sudut pandang menantu. Apa saja sih masalah yang sering terjadi diantara menantu dan mertua? Mengapa ini sering terjadi? Inilah beberapa hal yang menurut saya menjadi alasan mengapa menantu dan mertua sering bermasalah :

1. Menantu sering Dianggap ‘Merebut’ Buah Hatinya
Hayoo tunjuk jari, siapa yang sering berdebat dengan mertua gara-gara masalah klasik ini? Ketika kita sebagai wanita menikah dengan seorang lelaki yang memiliki ibu super protektif, mari berhati-hati dalam berucap dan bertindak. Ibu mertua merasa telah melahirkan dan merawat anaknya hingga dewasa sehingga tak heran jika sangat menyayangi buah hatinya.  Ini adalah wajar. Oleh karena itu, mari sebagai menantu dapat semakin merekatkan hubungan dengan ibu mertua melalui pendekatan dari hati sehingga tercipta suasana yang sehat dan harmonis. Ambil hati mertua, yakinkah bahwa kita sebagai menantu bukan bermaksud untuk merebut anaknya, namun ingin ikut ambil bagian untuk merawat, menjaga serta hidup bahagia bersama anaknya. Yakinkah bahwa rumah tangga yang dibangun benar-benar dilandasi dengan kasih sayang dan bersifat selamanya, seperti kasih ibu yang tak terbatas kepada anaknya
Contohnya : Berwisata bersama pasangan dan mertua saat weekend, membantu mertua memasak di dapur, memberikan ide desain ruang tamu yang disukai mertua dll.

2. Perhatian Anak Terbagi ke Menantu, Mertua ‘Cemburu’  
Ini juga sering dialami oleh banyak pasangan yang menjalani kehidupan rumah tangga. Seringkali mertua cemburu dengan perhatian anaknya yang diberikan untuk menantunya. Entah karena apa, yang jelas fenomena ini memperlihatkan adanya sebuah ‘kesenjangan’ antara mertua dan menantu. Bagaimana mengantisipasinya? Sebagai anak, Anda harus pandai memberikan pengertian kepada orang tua bahwa kasih sayang kepada orang tua takkan pudar sepanjang waktu. Dan berikan  pemahaman pula bahwa Anda sudah berumah tangga, sudah memiliki tanggungan lebih untuk menjaga pasangan. Dan sebagai menantu, mari ikut menyayangi mertua dengan memberikan perhatian yang bisa membahagiakan hatinya sehingga tak ada lagi persaingan yang tidak sehat diantara keduanya.
Contohnya : menyiapkan kejutan sederhana saat ulang tahun mertua, membawakan oleh-oleh saat pulang dari luar kota, sering menelpon mertua untuk bertanya kabar, sesekali memberikan rejeki hasil keringat untuk membuat mertua bangga, dll.

3. Mertua Tidak Suka dengan Menantu yang ‘Tidak Sopan’
Anda pernah dianggap sebagai menantu yang kurang memiliki sopan santun? Ya, ini adalah wajar jika memang tindakan menantu keterlaluan atau dianggap melebihi batas toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Ada tipe mertua yang ‘saklek’ dalam menanam peraturan di rumahnya sehingga terbiasa untuk hidup teratur, halus dalam tutur bahasa, berpakaian rapi, disiplin dan serba memiliki persiapan dalam hal apapun. Namun ketika Anda sebagai menantu membawa kepribadian yang bertolak belakang dengan ‘adat’ keluarga mertua, tak mengherankan jika ini akan memicu perang dalam keluarga. Bayangkan saja jika Anda sering bicara keras dan berteriak di lingkup keluarga pasangan yang menjunjung tinggi tata krama, tentu Anda bisa ‘disomasi’ oleh mertua. Atau keluarga suami yang biasanya berpakaian tertutup tiba-tiba kedatangan Anda yang hobby mengenakan hotpants dan tanktop, tentu ini akan dianggap sangat merusak etika dalam keluarga. Oleh karenanya, pandai-pandailah menyesuaikan diri saat menjadi bagian dari keluarga pasangan. Tolong seimbangkan ego pribadii dengan memahami mana yang boleh dan tak boleh dilakukan agar kehidupan rumah tangga Anda bisa berjalan dengan harmonis dan bahagia. Jika memang ada petentangan dengan mertua, konsultasikan kepada suami agar dapat diantisipasi berdua.
Contohnya : Menantu laki-laki sebaiknya jangan memelihara rambut gondrong jika memang tak sesuai dengan keinginan mertua karena dianggap kurang rapi. Atau menantu perempuan biasakan untuk berbicara halus dan merapatkan kedua kaki saat berbicara di depan mertua agar terkesan ‘lembah manah’ (menjunjung tinggi sopan santun).

4. Mertua Terlalu ‘Ikut Campur’ Masalah Intern Rumah Tangga
Hal ini sangat sering terjadi di kehidupan kita, dimana kita bermasalah dengan pasangan hanya gara-gara dikompor-kompori mertua. Ada pula mertua yang ikut-ikutan bela anaknya saat anak dan menantunya bertengkar. Dalam hal ini, tentu tindakan mertua seperti ini sangat disayangkan karena justru dapat memperkeruh masalah. Biarkan anak dan menantu menjalani kehidupannya secara natural, entah susah ataupun senang. Biarkan mereka mandiri dengan menghadapi masalah berdua dan mencari solusinya berdua sehingga dapat mengukuhkan kekuatan cinta mereka dari hari ke hari. Oleh karenanya, mertua sebaiknya dapat menata hati dan pikiran untuk menjalani hari-hari tua yang lebih tenang dan membahagiakan. Untuk masalah anak dan menantu, sebagai orang tua tetap bisa support dengan memberikan nasihat terbaik serta mendoakan mereka agar mendapatkan rezeki dan jalan kehidupan yang mudah.
Contoh : Mendukung menantu saat ingin berkarier di luar rumah, memberikan nasihat yang mencerahkan ketika anak dan menantu bertengkar, support dengan mengarahkan cara merawat bayi setelah anak atau menantu melahirkan dll.

Itulah yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan masalah yang sering muncul dalam rumah tangga ketika mertua turut campur di dalamnya. Semoga ini dapat semakin meyakinkan hati para menantu bahwa mertua itu jauh dari kesan menakutkan, galak, menyebalkan, bawel dan berbagai persepsi negatif lainnya. Mertua sebenarnya sangat sayang kepada anak dan menantunya, hanya kadang sering berselisih paham ketika sifat mertua yang over protektif.

Untuk para menantu, mari jadikan ini sebagai tolok ukur dan pembelajaran untuk semakin mendekatkan hati dengan mertua. Buatlah mereka nyaman dan bahagia dengan keberadaan kita. Jangan pernah membuat mereka kecewa sekalipun butuh perjuangan keras untuk melakukannya. Dan yang terpenting, anggaplah mertua kita seperti orang tua kita sendiri, dimana kita tak akan membatasi kasih sayang untuk mereka serta selalu berusaha memberikan yang terbaik di sepanjang hayat mereka. Semoga Anda dan mertua memiliki hubungan yang semakin harmonis dari hari ke hari.

Riana Dewie

Artikel ini sebelumnya telah diposting di Kompasiana dengan judul "Mengapa Mertua Kadang Tak Suka Sama Menantu?"


8

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman